LOTIM | Poroslombok.com –
Desa Mamben Baru dikenal sebagai penghasil tikar pandan yang dikerjakan secara tradisional oleh kalangan perempuan di desa itu. Ketrampilan menganyam tikar pandan ini adalah warisan dari leluhur secara turun-temurun.
Penjualan tikar pandan buatan warga Desa Mamben Baru sendiri sudah tersebar sampai desa-desa lain di Pulau Lombok.
Jika berkunjung ke wilayah Desa Mamben, utamanya Desa Mamben Baru, hampir di setiap rumah terutama kaum ibu-ibu disibukkan dengan kegiatan rutin mereka menganyam tikar pandan.
Di era medern seperti sekarang ini, anyaman tikar pandan ini hampir punah. Namun, di Desa Mamben Baru tradisi ini masih terjaga dengan baik.
Menganyam tikar pandan diakui Ibu Salmi/Inaq Aldi (40) menjadi sumber penghasilan mereka. Pun demikian diakui oleh ibu-ibu yang lain di Desa itu.
Sebagai buruh tani (mata pencaharian utama), para ibu-ibu ini cukup terbantu dengan hasil anyamannya. Waktu senggang yang ada digunakan untuk menganyam helai demi helai daun pandan menjadi bentuk tikar yang dijadikan alas duduk ataupun untuk alas tidur.
“Jika tidak ada kesibukan lain, kita mampu menyelesaikan satu tikar pandan dalam sehari (dari pagi sampai malam),”tutur Inaq Aldi saat ditemui poroslombok, Minggu (27/02/22).
Harga jual satu tikar pandan bervariasi, tergantung kualitas dan ukuran. Mulai dari harga 40.000 hingga 70.000 ribu per buah. Hasil itu cukup untuk makan sehari-hari dan belanja anak sekolah.
“Ya lumayan bisa buat belanja anak-anak. Daripada nganggur,”akunya.
Keesekon harinya, Inaq Aldi harus menganyam satu tikar lagi untuk kebutuhan hari itu jika belum ada yang memanggil mereka menjadi buruh pertanian di sawah warga lainnya yang menggarap.
Sebagai pengerajin tikar, ia mengaku masih terkendala dalam hal modal dan skill untuk lebih meningkatkan hasil produksinya. Ia menyebut, meski sumber bahan baku pandan bisa ia dapatkan langsung di tempatnya, tetapi tidak semua punya lahan untuk menanam tumbuhan ini.
Karnanya, dirinya membutuhkan modal yang cukup untuk membeli pandan dari warga lainnya yang memang sengaja menanam untuk dijual kepada pengerajin lainnya. Saat ini, bebernya, harga satu ikat pandan cukup mahal. Karena keberadaannya sudah mulai berkurang.
Dirinya membayangkan, suatu saat nanti bisa mendapatkan pelatihan untuk menganyam tikar bukan hanya dapat dipakai sebagai alas duduk atau alas tidur saja, melainkan juga dapat menjadi bahan baku pembuatan tas dan lainnya.
Demikianlah aktifitas warga Desa Mamben Baru dalam memenuhi kebutuhan hariannya. Sebagai pengetahuan, pengerajin tikar pandan juga ditekuni oleh ibu-ibu dibeberapa dusun di Desa Mamben Lauk, Tembeng Putik dan Desa Bandok.
(Anas/pl)