POROSLOMBOK: Akar bajakah tunggal sedang naik-naik daunnya. Tumbuhan yang hidup di hutan hujan tropis Kalimantan ini populer karena menyimpan potensi sebagai obat kanker. Namanya berkibar setelah dua siswi SMA dari Palangkaraya berhasil membuat teh herbal dari akar bajakah. Minuman dari akar bajakah yang dibuat Anggina Rafitri dan Aysa Aurealya Maharani ini diganjar medali emas pada World Invention Creativity Olympic di Seoul, Korea Selatan.
Tumbuhan yang dibuat teh oleh kedua siswa ini memiliki nama lengkap bajakah tampala. Nama ilmiahnya diambil dari bahasa Latin yaitu Spatholobus Littoralis Hassk. Spatholobus adalah genus tumbuhan yang merambat di pohon kayu dari suku Phaseoleae. Genus ini ditemukan pada 1842 oleh ahli Botani asal Jerman bernama Justus Karl Hasskarl. Ada 29 spesies dari genus Spatholobus Hassk yang sebagian besar tersebar di hutan tropis Indonesia (The Genus Spatholobus Hassk in Thailand, Jurnal Tropical Natural History, 2014, hlm 87).
Bajakah tampala banyak ditemukan di hutan Kalimantan, baik di wilayah Indonesia maupun Malaysia. Dari genusnya tadi, bajakah disebut berkerabat dekat dengan Genus Vigna. Vegetasi Vigna tumbuh di Pegunungan Kilimanjaro, Afrika. Sedangkan di Kalimantan, bajakah tumbuh merambat di pohon kayu dengan ketinggian hingga 50 meter. Daun bajakah ini berbentuk tajam dengan warna kuning, coklat, dan putih. Bunganya kecil dengan variasi warna ungu, pink, dan putih (The Leguminosae, a Source Book of Characteristics, Uses, and Nodulation, 1981, hlm 618).
Sebelum populer seperti sekarang, bajakah telah dikenal masyarakat Kalimantan sebagai tumbuhan obat-obatan alami. Di pedalaman Kalimantan Tengah, warga memanfaatkan seluruh bagian tanaman herbal ini. Sementara di Pulang Pisau, Kalteng, tanaman ini dijadikan obat disentri dan obat pegal, selain obat luka.
Batang bajakah tampala disebut mampu menghentikan pendarahan pada luka. Dalam uji ilmiah, batang bajakah tampala memang positif mengandung senyawa fenolik, flavonoid, tannin, dan saponin. Saponin dan tannin inilah yang merangsang terjadinya angiogenesis, bagian penting dalam proses penyembuhan luka (Uji Efektivitas Ekstrak Etanolik Batang Bajakah Tampala [Spatholobus littoralis Hassk] terhadap Waktu Penyembuhan Luka, Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2018, hlm 320).
Penelitian Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin membuktikannya. Riset dimulai dengan membagi 24 ekor tikus Wistar dalam enam kelompok acak sebagai hewan uji. Seluruh tikus disayat setelah pembiusan lokal. Luka sayat kelompok pertama tidak diberikan perlakukan apapun. Kelompok kedua diberikan salep. Sedangkan kelompok III, sebagai pembanding, diberikan larutan povidone iodine. Kelompok IV, V, dan VI diberikan salep yang mengandung ekstrak etanolik batang Bajakah Tampala. Hasil penelitian menunjukkan, ekstrak etanol batang bajakah tampala efektif dalam proses penyembuhan luka sayat pada tikus putih jantan. Lama penyembuhan luka sayat relatif lebih baik (hlm 326).
Di samping khasiat di atas, bajakah tampala disebut efektif mengobati kanker. Setidaknya, demikian hasil penelitian dua siswa SMA dari Palangkaraya. Riset mereka memakai uji sampel dua ekor mencit betina atau tikus kecil putih. Sampel ini disuntik zat pertumbuhan sel tumor atau kanker. Satu mencit diberikan bawang dayak dalam bentuk cairan yang diminum. Satu ekornya lagi diberi air rebusan kayu bajakah. Setelah 50 hari, mencit yang diberikan air penawar dari bawang dayak mati. Mencit yang diberikan cairan kayu bajakah tetap sehat bahkan berkembang biak.
Meskipun berpotensi menyembuhkan kanker, cairan kayu bajakah tampala harus melewati uji yang panjang sebelum benar-benar bisa digunakan. Di dalam dunia kedokteran, konsep ini disebut evidence based medicine atau EBM. Pendekatan medik seperti ini didasarkan kepada bukti-bukti ilmiah terkini untuk kepentingan pelayanan kesehatan. Dalam praktiknya, EBM memadukan kemampuan dan pengalaman klinik dengan bukti-bukti ilmiah terkini yang paling dapat dipercaya (Evidence Based Medicine, Jurnal Sari Pediatri, 2002, hlm 247).
EBM memiliki enam tingkatan. Yang pertama adalah percobaan hewan uji di laboratorium. Dilanjutkan dengan studi kasus dan pendapat ahli. Kedua tingkat ini tidak melibatkan manusia sebagai objek penelitian. Di tingkat inilah, uji cairan kayu bajakah sebagai obat kanker berada.
Tingkat ketiga, empat, dan lima, disebut sebagai studi primer. Di sinilah manusia dilibatkan. Tingkat ini memuat studi lapangan atau laporan deskriptif, studi percobaan tanpa penggunaan teknik pengambilan sampel secara acak, studi percobaan yang menggunakan setidaknya satu kelompok pembanding, dan menggunakan sampel secara acak. Sistem ini kemudian ditinjau oleh kelompok cendekiawan. Disambung dengan meta analisa atau pengkajian berbagai penelitian dengan tingkat kepercayaan tinggi. (*)
Sumber :https://kaltimkece.id/warta/terkini/mengenal-bajakah-lebih-jauh-pohon-kalimantan-yang-sedang-naik-daun