(Lombok Timur, PorosLombok.com)– Dalam upaya memperkaya pengalaman belajar dan memperdalam pemahaman budaya, Universitas Hamzanwadi dan Museum Nusa Tenggara Barat (NTB) telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dan Memorandum of Agreement (MoA) pada Selasa (03/09)
Di tengah gempuran teknologi yang sering kali mengesampingkan nilai-nilai tradisional, kolaborasi ini bertujuan untuk mengintegrasikan pengetahuan akademis dengan praktik nyata di lapangan. Penandatanganan berlangsung di gedung Museum NTB, disaksikan oleh para pemimpin kedua institusi, termasuk Wakil Rektor Universitas Hamzanwadi Dr. Abdullah Muzakar dan Kepala Museum NTB.
Program magang yang menjadi inti dari kerja sama ini dirancang untuk membekali mahasiswa dengan keterampilan praktis dalam pengelolaan museum, sejarah, dan budaya. Langkah ini sekaligus menjadi jawaban atas tantangan globalisasi yang menuntut generasi muda lebih adaptif dan kreatif.
“Kami melihat kerja sama ini sebagai peluang untuk memberikan mahasiswa kami akses langsung ke lingkungan yang sarat dengan kekayaan budaya. Ini adalah kesempatan bagi mereka untuk menerapkan pengetahuan yang didapat di kelas ke dalam praktik nyata,” kata Dr. Abdullah Muzakar.
Dengan latar belakang Lombok yang kaya akan warisan budaya, program ini diharapkan dapat membangkitkan minat mahasiswa dalam mengapresiasi dan melestarikan tradisi lokal. Selain itu, kolaborasi ini juga membuka jalan bagi inovasi baru dalam bidang museum dan budaya.
“Museum NTB tidak hanya tempat penyimpanan artefak, tetapi juga pusat edukasi dan inovasi. Kami berharap mahasiswa dapat berkontribusi dengan ide-ide segar yang dapat memperkaya pengalaman pengunjung dan pelestarian budaya,” ujar Kepala Museum NTB.
Kerja sama ini diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi mahasiswa dan museum, tetapi juga bagi masyarakat luas. Melalui peningkatan pemahaman dan apresiasi terhadap budaya lokal, kolaborasi ini bertujuan menciptakan dampak jangka panjang dalam pelestarian warisan budaya NTB.
Pihak Universitas Hamzanwadi optimis bahwa inisiatif ini akan menjadi model bagi kemitraan serupa di masa depan, memperkuat hubungan antara akademisi dan institusi budaya dalam mengembangkan pendidikan dan budaya lokal.
“Kerja sama ini lebih dari sekadar program magang; ini adalah investasi dalam generasi berikutnya yang akan menjadi penjaga dan inovator warisan budaya kita,” pungkas Dr. Abdullah Muzakar. **