close

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

30.1 C
Jakarta
Senin, Oktober 13, 2025

Bukan Sekadar Upacara, Gawe Adat Otak Reban Jadi Penjaga Sumber Air Sambelia

(PorosLombok.com) – Di tengah derasnya modernisasi, masyarakat Sambelia tetap teguh menjaga warisan leluhur. mereka kembali menggelar Gawe Adat Selametan Otak Reban di Balai Sangkep Otak Reban, tradisi yang telah berlangsung selama tiga generasi tanpa jeda, dan kini mencapai pelaksanaan ke-180. Rabu (08/10/2025).

Bagi warga, Otak Reban bukan sekadar seremoni adat. Tradisi ini adalah bentuk rasa syukur dan kesadaran ekologis untuk menjaga sumber air — nadi kehidupan yang menopang lima desa di pesisir timur Lombok.

Acara adat tersebut dihadiri Wakil Bupati Lombok Timur H. Moh. Edwin Hadiwijaya, bersama jajaran OPD, Kapolres, Danramil, Stafsus Bidang Pemerintahan Desa dan Kesehatan, serta para kepala desa, tokoh adat, tokoh agama, dan Pekasih dari lima desa: Labuan Pandan, Sambelia, Bagik Manis, Sugian, dan Dadap.
Kehadiran lintas generasi itu menjadi bukti nyata bahwa semangat gotong royong masih hidup kuat di tengah perubahan zaman.

“Penyelenggaraan gawe adat ini sudah mencapai kali ke-180. Ini pencapaian luar biasa yang hanya mungkin terwujud berkat kekompakan masyarakat,” kata Wabup Edwin dalam sambutannya.

Ia menilai Otak Reban sebagai bukti kearifan lokal yang jauh lebih dulu memahami pentingnya konservasi alam dibanding teori modern.

“Ini bukan sekadar adat, tapi sistem sosial yang menjaga lingkungan jauh sebelum istilah pelestarian populer,” tambahnya.

Dalam kesempatan itu, Wabup Edwin menyoroti dua hal penting yang harus dijaga bersama: kelestarian air dan pengelolaan sampah. Ia menegaskan, air adalah tanggung jawab seluruh masyarakat, bukan hanya pemerintah.

“Sumber air adalah tanggung jawab kita semua. Begitu pula sampah — jika tidak dikelola, akan menjadi bumerang bagi pertanian dan kesehatan,” tegasnya.

Ia juga mendorong optimalisasi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), mengingat volume sampah dari kawasan Sembalun kini mulai mengganggu pertanian dan bermuara di TPA Ijo Balit.

“Ini waktunya berhenti membuang, dan mulai mengolah,” ujarnya.

Edwin kemudian mengajak masyarakat menjadikan momen adat ini sebagai ruang refleksi dan penguat silaturahmi. Ia berpesan agar Karang Taruna Desa aktif melanjutkan tradisi yang telah diwariskan para leluhur.

“Kalau generasi muda tak mau belajar adat, maka hilanglah akar yang membuat kita kuat,” pesannya.

Sementara itu, Kepala Desa Sambelia sekaligus Ketua Adat, H. Muhammad Kahar, menyampaikan apresiasi kepada seluruh panitia, masyarakat, dan pihak yang mendukung, termasuk PLN yang turut berpartisipasi.

“Rangkaian kegiatan ini bukan hanya adat, tapi juga memadukan nilai agama dengan aksi nyata pelestarian lingkungan,” ujarnya.

Tradisi Selametan Otak Reban telah dijalankan selama ratusan tahun sebagai bentuk syukur terhadap sumber air yang menjadi penopang hidup warga Sambelia dan sekitarnya.

Kegiatan ditutup dengan penyerahan santunan kepada anak yatim-piatu, simbol kepedulian sosial yang melengkapi semangat pelestarian alam dan kemanusiaan.

(*/porosLombok)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TERBARU

IKLAN
TERPOPULER