Lombok Timur, PorosLombok.com –
Sabtu (28|10|2023)
Wajah sumringah pedagang Kaki lima siang itu, terlihat sibuk melayani para pembeli, terik matahari tak mereka hiraukan yang ada hanya asa untuk meraih rizky dan keberkahan di Hultah Madrasah NWDI ke-88 di Anjani, Lombok Timur. Kadang sesekali mereka harus mengusap keringat yang bercucuran, muka yang tampak lelah, namun penuh kebahagian.
Di ramainya lautan manusia, berjalan wanita yang tampak anggun dengan memakai hijab warna putih dengan baju Hijau yang dibalut garis warna warni serta topi mendekati salah seorang pedagang sedang menggoreng martabak. Dialah Ummi Lale Yaquttunnafis sang cucu Putra selaparang, Pahlawan Nasional Bangsa Sasak TGKH. Muhammad Zainudin Abdul Madjid,” Laris dagangannya buk,” ucap Lale Yaqut sambil tersenyum tipis.
Wanita penjual martabak tersebut tersipu malu dan kaget, melihat srikandi yang begitu dihormati dikalangan jamaah NW rela turun panas-panasan hanya untuk melihat para pedagang, apalagi mau membantu untuk menggoreng martabak telur, “jangan sungkan ya buk biasa saja saya hanya ingin memastikan pedagang nyaman dan dapat keberkahan dirangkaian Hultah Madrasah NWDI.
Lale Yaqut pun menuturkan, selain merayakan Hultah Madrasah NWDI, kegiatan ini juga untuk mencari berbagai kuliner sehingga ini menjadi keberkahan bagi masyarakat, dengan demikian tentunya meningkatkan perekonomian para pedagang kecil, yang ada di seluruh NTB. “Luar biasa geliat masyarakat kreatif sekali, alhamdulillah mungkin hultah madrasah NWDI sebab timbulnya Rahmat,” ucapnya penuh syukur.
Pedagang kaki lima datang dari berbagai Kabupaten, dengan beraneka macam dagangannya, menambah seru dan nikmatnya rangkaian Hultah Madrasah NWDI, disisi lain ditengah musim kemarau, panasnya terik matahari tak mampu menghalangi semangat masyarakat untuk menghadiri dan meramaikan tanah santri nan barokah, “walaupun panas, ini juga bagian nikmat dari allah, jadi penjual es laris manis,” kata ummi lale yaqut sambil bercanda.
Usai menggoreng Martabak iapun berkeliling ke pedagang lain guna memastikan kenyamanan mereka, bukan karena itu saja hal tersebut juga karena rasa cintanya kepada para jamaah NW, seperti cintanya maulana Syaikh semasa hayatnya, “tanpa ada Kader dan Jamaah, NW tidak akan seperti sekarang ini, organisasi NW milik kita semua,” ujarnya.
Tak lama kemudian Ummi lale pun mengungkapkan keinginannya untuk maju sebagai wakil Rakyat dari Partai Gerakan indonesia Raya,(Gerindra) bukan semata-mata tentang kekuasaan namun itu lebih kepada bagaimana berbuat kepada masyarakat, baik pendidikan, UMKM dan beberapa sektor lainnya sehingga Kader NW harus aktif dalam semua bidang karena organisasi NW sudah dewasa dan cukup besar.
Dengan bermodal pengalamannya selama ini sehingga ummi Lale Optimis bisa duduk di udayana, keyakinan dan kekompakan akan bisa mewujudkan hal tersebut, karena dikader NW ada semangat sang Maulana yang tertuang dalam sebuah syair lagu ciptaannya yang artinya “Semangat Terus siang dan malamnya, Kita keluarga mulia Kita saudara setia, kita tak akan terkecoh”
Sejarah singkat Organisasi NW
Nahdlatul Wathan tidak terlepas dari sosok pendirinya TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid. Pada 1934, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid yang baru menyelesaikan pendidikannya di Madrasah Saulatiyah Makkah mendirikan Pondok Pesantren Al-Mujahidin di Lombok.
Setelah memimpin pesantren tersebut selama tiga tahun, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid mendirikan madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) bagi murid laki-laki pada 22 Agustus 1937. Kemudian pada 21 April 1943, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid mendirikan madrasah Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI) bagi murid perempuan.
Kedua madrasah ini kemudian memperluas jaringannya ke seluruh Pulau Lombok. Kini madrasah NW menyebar ke seluruh penjuru nusantara. Pada zaman penjajahan, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid menjadikan madrasah NWDI dan NBDI sebagai pusat pergerakan kemerdekaan.
Tak terasa, matahari sudah akan tenggelam di upuk barat, tampak warna merah menghiasi langit Anjani seolah berkata rahmat allah telah turun di Hultah Madrasah NWDI ke- 88, ummi lale pun berpamitan dan beranjak menuju Ponpes namun kenangan di hati masyarakat mungkin tak terlupakan.
Cerita Hultah sang zuriat mengakhiri cerita manis siang itu semoga ada nilai yang bisa diambil.
(Arul/porosLombok)