close

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

27.8 C
Jakarta
Jumat, Februari 14, 2025

Klepon Dasan Lekong, Melawan Arus di Tengah Gempuran Kue Modern

Lombok Timur, PorosLombok.com – Rasanya kenyal, manis gula merahnya berpadu sempurna, menciptakan sensasi unik yang membangkitkan kenangan masa kecil. Itulah klepon Dasan Lekong, jajanan tradisional khas Lombok Timur yang tetap bertahan di tengah maraknya kue modern.

Di tengah tren makanan kekinian yang terus berkembang, klepon Dasan Lekong tetap memiliki tempat tersendiri di hati para pencinta kuliner tradisional. Jajanan ini menjadi bukti bahwa rasa otentik tak pernah kehilangan pesonanya, meski bersaing dengan sajian-sajian bergaya modern.

Klepon Dasan Lekong telah lama menjadi bagian dari identitas kuliner masyarakat Lombok Timur. Cita rasanya yang khas membuatnya sulit dilupakan. Meskipun zaman terus berubah, klepon ini tetap mempertahankan rasa asli yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Perubahan zaman memang membawa dampak pada banyak hal, termasuk penyajian klepon. Dulu, klepon disajikan di atas daun pisang dengan taburan parutan kelapa. Kini, untuk alasan kebersihan dan kepraktisan, klepon Dasan Lekong dikemas dalam wadah mika plastik. Namun, rasa khasnya tetap terjaga.

Untuk menikmati klepon Dasan Lekong langsung dari sumbernya, Anda bisa mengunjungi Desa Dasan Lekong, Kecamatan Sukamulia, Lombok Timur. Desa ini menyimpan cerita panjang tentang klepon yang menjadi warisan tradisi.

Kelepon Dasan Lekong

Letaknya tak jauh dari pasar tradisional Paokmotong dan Masbagik. Namun, untuk sampai ke rumah pembuatnya, pengunjung harus menyusuri jalan setapak di antara gubuk-gubuk kecil. Di pojok desa, ada sebuah rumah sederhana di tepi sungai kecil. Di sinilah Baiq Zohrah, perempuan berusia senja, setiap hari memproduksi klepon dengan penuh dedikasi.

Baiq Zohrah telah membuat klepon sejak 1990. Ia mewarisi usaha ini dari ibu mertuanya, yang juga dikenal sebagai pembuat klepon di desa tersebut. “Dulu saya bisa membuat 20 kilogram klepon setiap hari, tapi sekarang hanya enam kilogram,” ujar Baiq Zohrah kepada, PorosLombok.com, Kamis (05/12).

Di usia yang tak lagi muda, Baiq Zohrah tetap menjalankan usahanya dengan tekun. Setiap sore, ia mulai membuat klepon sekitar pukul 15.00 WITA, dibantu oleh salah satu anaknya. Semua proses, mulai dari pembuatan hingga pengemasan, dilakukan di rumah sederhana miliknya.

Kelepon Dasan Lekong dijual dengan harga yang sangat terjangkau, hanya Rp2.500 per mika. Harga ini menjadi salah satu cara Baiq Zohrah agar jajanan tradisional ini tetap bisa dinikmati semua kalangan.

Namun, mempertahankan keberadaan klepon bukanlah hal mudah. Baiq Zohrah harus bersaing dengan berbagai kue modern yang tampilannya lebih menarik dan sering kali mendominasi pasar. Meski begitu, ia yakin rasa khas klepon Dasan Lekong adalah keunggulan yang tak tergantikan.

“Rasanya beda. Orang-orang yang pernah coba pasti tahu kalau ini klepon asli Dasan Lekong,” kata Baiq Zohrah sambil tersenyum.

Di balik kesederhanaannya, klepon ini membawa makna yang lebih dari sekadar makanan. Setiap gigitan menciptakan nostalgia dan menjadi pengingat bahwa warisan tradisional memiliki nilai yang tak ternilai.

Bagi Baiq Zohrah, klepon adalah warisan budaya yang harus dilestarikan. Ia berharap tradisi membuat klepon ini bisa diteruskan oleh anak cucunya. “Saya ingin klepon ini tetap ada, diwariskan ke anak cucu, biar tidak hilang ditelan zaman,” katanya dengan mata berkaca-kaca.

Tidak sedikit pelanggan yang rela datang dari jauh untuk mencicipi klepon Dasan Lekong. Bahkan, banyak dari mereka membeli dalam jumlah besar untuk dibawa sebagai oleh-oleh ke luar daerah.

Cita rasa khas klepon Dasan Lekong menjadi alasan utama mengapa pelanggan terus kembali. “Orang-orang yang pernah coba pasti akan kembali lagi,” ucap Baiq Zohrah penuh keyakinan.

Simbol Perjuangan dan Kebanggaan

Di tengah gempuran makanan modern, klepon Dasan Lekong menjadi simbol perjuangan dan kebanggaan masyarakat Lombok Timur. Lebih dari sekadar makanan, ia adalah saksi bisu perjalanan tradisi yang dijaga dengan penuh cinta.

Keberadaan klepon ini mengingatkan bahwa di tengah modernitas, ada nilai-nilai lokal yang tak boleh dilupakan. Di dapur sederhana milik Baiq Zohrah, tradisi hidup dan terus diwariskan.

Begitulah, klepon Dasan Lekong tidak hanya membawa rasa manis di lidah, tetapi juga cerita perjuangan, cinta pada tradisi, dan harapan yang tak pernah padam. Di tengah modernitas, telepon ini membuktikan bahwa warisan budaya selalu punya tempat di hati masyarakat.

(Arul/PorosLombok)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TERBARU

IKLAN
TERPOPULER