(Lombok Timur, PorosLombok.com) – Di bawah langit Lombok Timur yang cerah, terhampar pemandangan pilu di halaman kantor Desa Sembalun Lawang. Tumpukan sampah menjadi saksi bisu dari kekecewaan mendalam warga desa, yang pada Rabu (9/10) memutuskan untuk meluapkan rasa frustrasi mereka dengan cara yang tak biasa—membuang sampah di halaman kantor desa.
Misbah, Pjs. Kepala Desa Sembalun Lawang, hanya bisa menganggukkan kepala saat mengakui masalah yang tak kunjung terpecahkan ini. “Warga sudah lama mengeluhkan masalah sampah ini,” tuturnya, dengan nada suara yang mengandung kelelahan. “Penanganan yang dilakukan belum maksimal,” katanya, seolah menggambarkan usaha yang berakhir sia-sia.
Dahulu, pengelolaan sampah dan air bersih dipercayakan kepada BUMDes. Namun kini, harapan itu terhenti di tengah jalan, terjebak dalam ketiadaan tempat pembuangan akhir yang layak. “Pengelolaan itu mandek,” Misbah menuturkan dengan lirih, memaparkan kenyataan pahit yang harus dihadapi warga setiap hari.
Mencari lokasi TPA yang sesuai ibarat mencari jarum di tumpukan jerami. “Kemana kita harus buang sampah sebanyak ini?” ungkapnya, seolah bertanya pada semesta. Sementara itu, warga sudah kehabisan kesabaran, berharap setitik cahaya solusi di tengah kegelapan masalah sampah yang menyesakkan.
Kamis (10/10) hari ini, halaman kantor desa akan menjadi saksi gotong royong warga dan pemerintah desa. “pagi ini kita gotong royong membersihkan sampah ini,” kata Misbah dengan semangat yang dipaksakan, mencoba memulai langkah awal menuju perubahan.
Namun, langkah ini hanyalah secuil dari perjalanan panjang yang harus ditempuh. Pemdes tengah berupaya mencari lokasi sementara untuk menampung sampah, menggantungkan harapan pada survei lokasi potensial.
Solusi jangka panjang kini menjadi angan-angan yang digantungkan pada TPA milik pemerintah Kabupaten Lombok Timur di Ijo Balit. “Kami akan terus berupaya mencari solusi terbaik,” ujar Misbah, mencoba menyalakan api harapan di tengah kesulitan yang kian mencekik.
Ketidakpedulian yang Membakar Hati
Sementara itu, H. Risdun, salah seorang warga, mengutarakan rasa kecewa yang mengakar. “Masyarakat merasa kepedulian pemdes terhadap masalah sampah ini masih kurang,” tegasnya. Risdun berharap pemerintah desa lebih responsif, dan mengimbau agar aksi ini menjadi momentum untuk berbenah.
“Mudah-mudahan dengan adanya peristiwa ini desa dan kita semua bisa berfikir dan bisa lebih baik lagi,” katanya dengan harapan yang menggantung tinggi di angkasa. Ia memimpikan langkah konkrit dari pemerintah desa, langkah yang melibatkan seluruh masyarakat, untuk mengatasi masalah yang telah lama menjadi duri dalam daging.
Apa yang dilakukan oleh masyarakat hari ini adalah jeritan hati yang menunggu untuk didengar, rintihan yang berharap akan ada tangan-tangan yang merengkuh dan memeluk, memberikan solusi yang nyata. Semoga jeritan ini menemukan jawabannya, hingga akhirnya bisa terurai dalam benang keberanian dan kerjasama.
Masalah sampah di Sembalun Lawang memang bukan perkara baru. Sudah bertahun-tahun warga bergulat dengan bau dan pemandangan tak sedap yang menyelimuti jalan-jalan desa. Keadaan ini seringkali membuat mereka merasa seolah terabaikan.
Permasalahan ini juga menyoroti betapa pentingnya pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Tanpa adanya sistem yang jelas, tumpukan sampah semakin menumpuk, menambah beban yang seolah tak berujung bagi penduduk setempat.
Harapan warga kini tertuju pada pemerintah desa, yang diharapkan bisa mengambil tindakan nyata. “Kami butuh solusi, bukan janji-janji yang terus diulang,” ujar salah seorang warga dengan nada sarat keputusasaan.
Dalam pertemuan audiensi, muncul usulan untuk memperluas kerja sama dengan pihak lain guna mencari solusi yang lebih efektif. Namun, usulan tersebut masih menunggu realisasi di tengah keterbatasan anggaran dan sumber daya manusia.
Langkah kecil yang dilakukan Pemdes dengan gotong royong hari ini memang patut diapresiasi. Namun, tanpa adanya rencana jangka panjang, upaya ini bisa saja hanya menjadi solusi sementara yang tak berdampak signifikan.
Semoga, di balik tumpukan sampah dan ketidakpuasan, ada secercah harapan yang perlahan terwujud. Harapan bahwa Sembalun Lawang akan bersih dari sampah, dan warganya dapat hidup dengan lebih layak, seolah menjadi impian sederhana yang menunggu untuk diwujudkan.
(Arul/PorosLombok)