close

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

30.9 C
Jakarta
Kamis, Januari 23, 2025

Mawardi, Mengayak Pasir dan Air Mata Demi Masa Depan Anak yang Kehilangan Ibu

Lombok Timur, PorosLombok.com — Di bawah terik matahari Labuhan Haji yang membakar kulit, suara dentingan pengayak pasir menjadi irama yang tak pernah berhenti dalam hidup Mawardi (38). Setiap butir pasir yang ia ayak menggambarkan perjuangan tak kenal lelah seorang ayah tunggal yang dengan tegar menghadapi kerasnya hidup demi masa depan anaknya yang tercinta.

Di sisi Mawardi, Zifani, putri kecilnya yang baru berusia dua tahun, duduk manis di atas tikar usang. Wajah mungilnya yang tersentuh sinar matahari terlihat penuh kehangatan, meski senyum manisnya adalah satu-satunya penghibur dalam kehidupan yang penuh tantangan. Zifani adalah alasan Mawardi bertahan hidup—dia adalah segalanya.

Setiap hari, Zifani dengan ceria menemani ayahnya bekerja. Di bawah pohon rindang yang memberi sedikit teduh, ia bermain sambil sesekali melontarkan kata-kata polos, “Ayah, lapar.” Mawardi, dengan tangan penuh debu dan wajah lelah, tak pernah mengeluh. Tanpa banyak kata, ia langsung membersihkan tangannya dan menyuapkan nasi bungkus sederhana untuk sang anak, membahagiakan Zifani adalah prioritas utamanya.

“Kalau dia saya titipkan ke orang lain, saya khawatir dia merasa jauh dari saya,” kata Mawardi, dengan mata yang menerawang. Kehadiran Zifani, baginya, adalah penawar atas luka lama yang tak pernah sembuh.

Perjalanan hidup Mawardi tak pernah mudah. Setelah merantau ke Malaysia dengan harapan bisa memperbaiki nasib, Mawardi kembali dengan luka hati. Pernikahan pertamanya berakhir begitu pahit, istrinya meninggalkannya begitu saja. Dengan hati yang hancur, ia pulang ke Lombok, membawa segudang cerita kesedihan.

Di kampung halamannya, Mawardi menikah lagi, dan dari pernikahan itu lahir Zifani. Namun, takdir kembali berbalik dan mengguncang hidup Mawardi. Ketika Zifani masih bayi, sang istri yang ia cintai berpulang untuk selamanya, meninggalkan Mawardi seorang diri mengemban tanggung jawab yang begitu berat sebagai ayah sekaligus ibu.

“Dia adalah perempuan terbaik yang pernah saya temui,” ujar Mawardi dengan suara yang tercekat, mencoba menahan tangis yang hampir pecah. Tanpa istri, Mawardi kini hanya memiliki Zifani. Segalanya berpusat pada putri semata wayangnya itu.

Mengayak Harapan di Tengah Keterbatasan

Sebagai buruh pengayak pasir, penghasilan Mawardi hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan paling dasar. Namun, ia tak pernah mengeluh, meski hidupnya dipenuhi tantangan. Setiap butir pasir yang ia ayak adalah bentuk tekad yang tak tergoyahkan, agar Zifani bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa depan.

“Walaupun sulit, saya tidak akan menyerah. Anak ini harus punya masa depan yang lebih baik,” kata Mawardi dengan keyakinan yang luar biasa. Meski langkahnya sering terhenti, ia terus berjalan dengan penuh harapan.

Rumah kecil yang mereka tinggali bersama Zifani adalah hasil bantuan pemerintah pasca-gempa Lombok 2018. Meski sederhana, Mawardi tak pernah lupa untuk bersyukur. “Rumah ini memang kecil, tapi cukup untuk kami berdua,” ujarnya, dengan mata yang memancarkan rasa syukur yang mendalam.

Bagi Zifani, ayahnya adalah pahlawan yang tak tergantikan. Meski masih sangat kecil, Zifani mulai memahami perjuangan besar yang dilakukan ayahnya. “Ayah selalu bilang, ‘Zifani harus pintar biar bisa bantu Ayah nanti,’” ujar Mawardi, menirukan kata-kata sang anak dengan penuh kasih sayang.

Mawardi tahu bahwa dunia mungkin memandangnya sebelah mata. Namun, ia tak peduli. Ia terus maju dengan cinta yang tak pernah pudar untuk Zifani. “Hidup itu penuh warna. Kadang kita bahagia, kadang kita sedih. Tapi bagaimanapun sulitnya, saya harus terus berjalan,” ujarnya, berusaha menyembunyikan luka di balik senyumnya yang tulus.

Kisah Mawardi adalah kisah cinta dan perjuangan seorang ayah yang tak bisa diukur dengan materi. Dalam keterbatasan hidup yang berat, Mawardi membuktikan bahwa kasih sayang yang tulus adalah kekuatan yang mampu menaklukkan segala rintangan.

Hidupnya mungkin tak sempurna, tetapi di tengah kerasnya kehidupan, Mawardi adalah simbol ketegaran, harapan, dan cinta yang tak pernah padam. Dalam setiap detik yang dilaluinya, ia mengajarkan kita semua tentang arti sejati dari menjadi orangtua yang tak kenal lelah berjuang demi anaknya.

(Arul/PorosLombok)

TERBARU

IKLAN
TERPOPULER