PorosLombok.com, LOTIM –
(Senin | 21-November-2022)
Cuaca yang sedikit Mendung sore itu, hembusan angin sepoi-sepoi membawa berbagai macam aroma asap kendaraan yang melintas dijalan jurusan dasan Lekong Kecamatan Sukamulia Lotim begitu menyengat. Namun ada yang berbeda, aroma terasi yang biasanya tercium di hidung para pengguna jalan kini hilang entah kemana. Walaupun bumbu dapur ini cukup enak ketika sudah dicampur dengan makanan.
Karena penasaran sayapun melanjutkan perjalanan untuk mengetahui siapa sosok dibalik hilangnya aroma ini. Sehingga sampailah langkah kaki ini di depan kantor desa dasan Lekong. sambutan hangatpun dari laki-laki memakai baju cokelat dinas Harian, dilengkapi topi sehingga membuat penampilannya terlihat cukup elegan.
Sosok tersebut adalah L Rajabul Akbar Kepala desa Dasan Lekong yang berhasil mengolah sampah menjadi barang berharga dan memiliki nilai seni yang luar biasa, “Selamat datang di Kantor desa Dasan Lekong,” ucapnya sembari tersenyum hangat dan mempersilahkan saya untuk duduk di kursi tamu ruang kerjanya
Obrolan kami Pun dimulai dengan ditemani secangkir kopi hangat membuat rasa ngantuk siang itu hilang, kades inspiratif inipun menceritakan upayanya dalam menangani masalah sampah di desa Dasan Lekong, dengan bermodalkan hobi dan pengalamannya sejak masih muda.
Berawal dari keinginannya menghilangkan aroma bumbu dapur (terasi-red), di belokan jalan raya Jurusan dasa Lekong – Selong, dan merubah perilaku masyarakat untuk menjaga lingkungan. sehingga ia melakukan berbagai macam terobosan, salah satu langkah awal yang dilakukannya yaitu dengan sosialisasi dan terus mengingatkan bahwa sampah tidak selamanya menjadi barang yang tidak berguna
Namun tak semudah yang dibayangkan, upaya inipun banyak ditentang oleh sebagian masyarakat, karena dianggap hanya sebatas teori tanpa sertai solusi, terutama kemana limbah dan sampah ini akan dibuang.
Akhirnya solusi yang ditawarkannya adalah dengan memberikan karung kepada seluruh masyarakat sebagai wadah untuk mengumpulkan sampah-sampah yang bersumber dari kegiatan sehari-hari, sebelum dibawa ke TPA.”Alhamdulillah masyarakat menerima dan mulai berlahan-lahan berubah,” ucapnya penuh syukur.
Obrolan kamipun terpotong sejenak karena waktu sudah hampir menunjukkan jam makan siang (01.00 Wita -red) sehingga iapun mengajak saya, menuju kediamannya yang tak jauh dari kantor desa ” ayok kerumah nanti makan siang disana sambil melihat beberapa karya seni yang saya buat berbahan dasar sampah,” ucapnya.

Selang beberapa menit kamipun sampai di depan rumahnya, ternyata ada pemandangan yang cukup mencengangkan mata, di sekeliling halamannya terlihat sampah yang berjejer namun bukan seperti sampah pada umumnya, akan tetapi sampah yang telah disulap menjadi barang bernilai seni tinggi.
Adapun hasil karyanya dari sampah bekas busa tipis yang biasanya ditaruh didalam barang elekronik, disulapnya menjadi bermacam-macam karya seni nan indah dan mempesona, seperti batu alam, Pot bunga, Aquarium, bahkan nampan tempat menyajikan makanan tak luput dari tangan-tangan trampilnya. “Ini belum dipasarkan, untuk sementara kita masih memakai sistem order, ini juga ada pesanan aquarium dari beberapa pejabat,” katanya sambil mengajak kami ke salah satu teras depan rumahnya.
Kamipun beranjak menuju tempat tersebut, tak terduga ternyata teras ini cukup membuat mata saya terpana dengan kesejukan dan keindahannya, suara gemercik air dari kolam yang berisi ikan koi yang berwarna-warni, serta berbagai macam hiasan bunga rimbun mengelilinginya.” Apa yang anda lihat ini sebagian besar berbahan dasar barang bekas, baik pot, batu alam dan beberapa pernak-perniknya,” akunya.
Memang pantas untuk menyebut Kades Dasan Lekong ini, bapak sampah Lombok Timur, bagaimana tidak? sejak berpuluh-puluh tahun permasalahan sampah di desa dasan lekong belum bisa teratasi, akan tetapi sejak program sampah ini digalakkan ternyata sejalan dengan program Provinsi yakni Zero waste yang dulunya hampir 90 persen Volume sampah, kini bisa ditekan hampir 85 persen.”walaupun beberapa tahun yang lalu program sampah ini kami sempat terkendala covid-19,” jelasnya.
Tak terasa obrolan ini cukup alot, dan makan siang pun keluar, akhirnya kami memutuskan untuk berhenti sejenak mengisi perut yang mulai keroncongan, namun rasa penasaran saya masih belum terobati, karena masih banyak pertanyaan yang belum saya sampaikan, tapi apa boleh buat karena cuaca juga tidak bersahabat, habis makan saya bergegas pamit. Semoga nanti bisa balik lagi untuk melanjutkan obrolan yang sempat tertunda.
Sampah tak selamanya menjadi barang yang tidak bernilai, namun jika kita bisa berpikir keras, serta dengan mempunyai sedikit jiwa kreatifitas hal yang tidak mungkin menjadi mungkin.
(Arul/ PorosLombok)