close

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

28.4 C
Jakarta
Kamis, September 11, 2025

Makam Pren Peninggalan Sejarah Menyimpan Misteri Sang Ulama Makkah

(Lombok Timur, PorosLombok.com) -Pulau Lombok, yang dikenal dengan julukan megahnya sebagai Pulau Seribu Masjid, menyimpan kekayaan sejarah dan spiritual yang menggugah jiwa.

Di tengah pesonanya yang menawan, berdiri sebuah makam yang menggetarkan hati banyak orang. Makam “PREN”, terletak di Desa Kilang, Kecamatan Montong Gading, Kabupaten Lombok Timur, bukan sekadar tempat peristirahatan, melainkan simbol perjalanan spiritual yang agung.

Lalu Mardan

Di balik pesona makam “PREN” tersimpan misteri yang sulit diungkap. Konon, tempat ini adalah peristirahatan terakhir seorang ulama besar, “Sayyid Syeh Jalalael Wali Pren”, yang konon datang dari Makkah untuk menyebarkan cahaya Islam di Lombok. Asal usul dan usia makam ini masih menjadi teka-teki, memicu rasa penasaran yang mendalam di kalangan masyarakat dan peziarah.

Kehadiran makam ini menumbuhkan rasa hormat dan kekaguman yang mendalam di hati masyarakat setempat. Mereka memiliki keyakinan kuat bahwa makam ini memiliki kekuatan penyembuhan yang luar biasa. Setiap hari Senin, peziarah dari berbagai penjuru datang dengan penuh harapan, memohon kesehatan dan keberkahan kepada Sang Maha Kuasa.

Makam “PREN” bukan sekadar tujuan ziarah; ia adalah oasis spiritual di tengah hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari. Tempat ini menjadi saksi bisu dari doa-doa penuh harap yang dipanjatkan di bawah langit Lombok yang damai. Di sini, setiap peziarah merasakan kedamaian yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Sejak diasuh oleh Bapak Kasih dan kini diteruskan oleh Mamiq Mardan, makam ini terawat dengan penuh kasih dan penghormatan. Ritual-ritual yang dilakukan, mulai dari pembacaan doa hingga penyembelihan ayam, menggambarkan kedalaman iman dan tradisi yang mengakar kuat di masyarakat. Setiap tindakan kecil di sini memiliki makna yang dalam, mencerminkan cinta dan pengabdian yang tulus.

Pesona makam “PREN” tak lekang oleh waktu. Masyarakat setempat menjaga keasliannya dengan sepenuh hati, menolak perubahan yang dapat mengurangi kesakralan tempat ini. Mereka memahami pentingnya menjaga warisan spiritual ini agar tetap hidup dan memberikan manfaat bagi generasi mendatang.

Bagi masyarakat Lombok, makam ini bukan hanya situs bersejarah, melainkan juga lambang identitas dan persatuan. Di sini, mereka menemukan kekuatan untuk merangkul masa lalu, merayakan tradisi, dan membangun masa depan bersama. Makam ini adalah pengingat akan akar spiritual yang kokoh, yang harus dijaga dengan penuh tanggung jawab.

Setiap langkah menuju makam adalah perjalanan spiritual yang menggugah rasa. Setiap doa yang dipanjatkan adalah ungkapan harapan dan rasa syukur yang mendalam. Peziarah merasakan kedekatan dengan Sang Pencipta, menemukan ketenangan di tengah hiruk-pikuk dunia.

Ruang Meditasi di Tengah Modernitas

Di era modern ini, keberadaan makam “PREN” menjadi penyejuk jiwa yang mencari makna dan ketenangan. Tempat ini menawarkan ruang untuk merenung dan menemukan kembali jati diri di tengah perubahan yang cepat. Di sini, dunia fisik dan spiritual bertemu, menciptakan harmoni yang menyentuh hati.

Melalui makam ini, masyarakat Lombok diajak untuk terus menanamkan nilai-nilai budaya dan agama yang luhur. Makam “PREN” menjadi titik fokus dalam menjaga keseimbangan antara tradisi dan modernitas, mengingatkan kita akan pentingnya menjaga warisan leluhur yang berharga.

Setiap kunjungan ke makam ini adalah perjalanan batin yang tak terlupakan. Di sini, peziarah menemukan inspirasi dan kekuatan untuk menghadapi tantangan hidup. Mereka merasakan kehadiran sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri, sebuah pengingat akan kebesaran Sang Pencipta.

Sebagai penutup, makam “PREN” bukan hanya sebuah tempat, melainkan bagian dari narasi sejarah yang lebih besar. Setiap peziarah yang datang membawa kisah dan harapan, menambah lapisan makna pada lokasi suci ini. Dalam perjalanan waktu, makam “PREN” akan terus menjadi simbol pengabdian dan rasa syukur masyarakat Lombok.

Semoga perhatian yang layak diberikan untuk menjaga dan menghormati makam ini, agar terus menjadi simbol pengabdian dan rasa syukur masyarakat Lombok, sejalan dengan julukan Pulau Seribu Masjid. Dengan demikian, warisan ini diharapkan dapat diteruskan dan dilestarikan oleh generasi berikutnya.

(Arul/PorosLombok)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TERBARU

IKLAN
TERPOPULER