LOTIM,POROSLOMBOK-Sejak dikeluarkannya Surat Edaran (SE) oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Lombok Timur sebagai tindak lanjut dari Surat Edaran Gubernur NTB dan Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 menteri/tanggal 15 juni 2020 tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran dimasa pandemi covid-19. Tercatat sudah 3 (tiga) kali Dinas Dikbud Lotim memperpanjang masa Belajar Dari Rumah (BDR).
Meski sebelumnya Bupati Lombok Timur, HM.Sukiman Azmy, sempat mengintruksikan agar sekolah-sekolah yang ada di Lombok Timur dibuka untuk pembelajaran tatap muka, namun niatan orang nomor satu di lombok timur itu urung dilakukan atas pertimbangan wilayah lombok timur yang tingkat penularan virus covid-19 masih signifikan.
Situasi tersebut tentu membuat para orang tua wali murid menjadi semakin bingung. Pasalnya, sebagian besar para orang tua wali murid mengaku kesulitan untuk mengarahkan anak-anaknya untuk sekedar menyelesaikan tugas yang diberikan oleh gurunya di rumah.
Kepala Dinas Dikbud Lombok Timur, Ahmad Dewanto Hadi, saat ditemui di ruang kerjanya, senin (12/19) mengatakan, Sebagai kadis, ia sangat memahami kondisi kebatinan para wali murid. Karnanya, ia berharap agar tren penularan covid-19 di lombok timur semakin menunjukkan penurunan, agar setelah tanggal 31 oktober nanti sekolah-sekolah yang ada di lombok timur dapat dibuka kembali untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka.
“Nanti kita lihatlah seperti apa tren terkonfirmasi positif covid-19 sampai 31 oktober ini. Sambil kita terus lakukan komunikasi yang intens dengan satgas covid-19, apakah sudah dapat dilakukan proses belajar secara tatap muka, termasuk sambil kami juga minta arahan dari kepala daerah,”ucap Dewanto.
Terkait zonasi, dewanto menerangkan bahwa, penerapan zona adalah bagian dari proses identifikasi untuk membandingkan antara satu wilayah dengan wilayah yang lain, sehingga praktis zona itu tidak ada kaitannya dengan apakah satu wilayah dengan wilayah yang lain sudah boleh untuk menggelar proses belajar tatap muka atau tidak. karna sesungguhnya, hemat Dewanto, mobilitas masyarakat antara satu kabupaten dengan kabupaten yang lain di pulau lombok sangat tinggi.
“Mobilitas pergerakan masyarakat di lombok ini sangat tinggi, karna jarak antara lombok timur dengan lombok tengah sangat dekat. Jarak yang dekat dikhawatirkan akan menjadi pemicu terjadinya transmisi lokal. Karna itu membuka sekolah harus mengacu pada kondisi dengan memperhatikan tren yang ada, agar tidak terjadi cluster baru. Bisa saja kan antara murid dengan murid lainnya, dan antara guru yang satu dengan guru yang lainnya”ujar dewanto.
Dewanto juga tidak menafikan, bahwa proses pembelajaran secara Daring,Luring maupun kunjungan guru keliling sesuai dengan yang di gariskan dalam Kurikulum Kondisi Khusus belum terlihat begitu epektif. Kepemilikan gudget, sinyal kurang bagus, serta masalah pembagian waktu kunjungan guru diakuinya masih menjadi penyebab proses pembelajaran tidak menjadi epektif, sehingga berdampak pada kualitas pendidikan saat ini.
“Itulah kendala yang sedang kita hadapi. Sehingga dalam kurikulum kondisi khusus itu ada beberapa hal yang harus disesuaikan, termasuk target pembelajaran. Sehingga target indikator, standar kompetensi dasar yang harus dicapai, itu disesuaikan dan disederhanakan. Kita sepakat kalo itu tidak epektif, tapi maksimal apa yang kita lakukan dalam kondisi saat ini itu sudah terakomodir dalam kurikulum kondisi khusus,”pungkasnya.(ns)