close

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

27.4 C
Jakarta
Kamis, September 11, 2025

Malam Kudeta G30S 1965: Titik Balik Kelam Sejarah Indonesia

(PorosLombok.com) – Gerakan 30 September atau G30S menjadi salah satu peristiwa paling kontroversial dalam sejarah Indonesia. Peristiwa yang berlangsung pada malam 30 September hingga 1 Oktober 1965 ini menewaskan enam jenderal serta satu perwira militer Indonesia. Jenazah mereka ditemukan di sebuah sumur tua yang kini dikenal sebagai Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Peristiwa ini terjadi dalam waktu singkat, namun meninggalkan luka mendalam bagi bangsa Indonesia. Masing-masing pihak memiliki sebutan berbeda untuk tragedi ini. Presiden Soekarno, yang saat itu masih berkuasa, menyebutnya sebagai GESTOK (Gerakan Satu Oktober). Sebaliknya, Presiden Soeharto yang kemudian memimpin negara, menggunakan istilah GESTAPU (Gerakan September Tiga Puluh).

Namun, pada masa Orde Baru, istilah yang lebih dikenal adalah G30S/PKI. Sebutan ini merujuk pada tudingan bahwa Partai Komunis Indonesia (PKI) dianggap sebagai dalang di balik kudeta tersebut. PKI dituding bertanggung jawab atas kematian para jenderal yang dibunuh dengan kejam sebelum akhirnya dimasukkan ke dalam sumur di Lubang Buaya.

Tidak hanya Jakarta, kekejaman peristiwa ini juga meluas ke Yogyakarta. Di sana, dua perwira militer Indonesia, Kolonel Katamso Darmokusumo dan Letkol Sugiyono Mangunwiyoto, menjadi korban pembunuhan. Nama mereka kemudian diabadikan sebagai pahlawan yang gugur dalam kekacauan tersebut.

Peristiwa ini tak hanya memicu ketegangan politik di pusat kekuasaan, tetapi juga memunculkan konflik horizontal di seluruh Indonesia. Gelombang kekerasan pun merebak, terutama terhadap orang-orang yang dituduh sebagai simpatisan atau anggota PKI. Ribuan orang dibantai tanpa proses pengadilan yang jelas.

Bagi banyak orang, G30S bukan hanya soal kudeta, melainkan awal dari transisi besar dalam politik Indonesia. Peristiwa ini membuka jalan bagi Soeharto untuk mengambil alih kekuasaan dari Soekarno. Sejak saat itu, Indonesia memasuki era Orde Baru yang berlangsung selama lebih dari tiga dekade di bawah kepemimpinan Soeharto.

Narasi resmi yang dibangun oleh rezim Orde Baru mengukuhkan anggapan bahwa PKI adalah musuh negara. Hal ini memperkuat stigma terhadap segala hal yang berbau komunis, hingga akhirnya mengubah lanskap politik, sosial, dan budaya Indonesia. PKI dibubarkan, sementara ajaran-ajaran komunis dilarang keras di seluruh negeri.

Namun, seiring berjalannya waktu, banyak sejarawan dan akademisi mulai mempertanyakan versi resmi dari peristiwa ini. Beberapa pihak menyebut bahwa kudeta tersebut mungkin melibatkan lebih banyak aktor politik, baik dari dalam maupun luar negeri. Hingga saat ini, misteri siapa dalang sebenarnya masih menjadi bahan perdebatan.

G30S juga meninggalkan trauma mendalam bagi keluarga korban. Setiap tahunnya, tanggal 30 September diperingati dengan berbagai cara, termasuk pemutaran film “Pengkhianatan G30S/PKI”, meskipun belakangan ini film tersebut mulai menuai kontroversi terkait keakuratannya.

Meski demikian, peristiwa G30S tetap menjadi pengingat betapa rapuhnya situasi politik Indonesia pada saat itu. Malam kelam tersebut mengubah arah sejarah bangsa dan meninggalkan warisan yang masih terasa hingga kini. *

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TERBARU

IKLAN
TERPOPULER