LOMBOK TIMUR – Kesembuhan Bupati Lombok Timur HM. Sukiman Azmy dari paparan Covid-19 menjadi atensi berbagai pihak.
Untuk kali pertama sejak dinyatakan positif Korona tanggal 21 September 2020 lalu, Bupati Lotim tampil dalam konferensi Pers melalui aplikasi zoom meeting di Pendopo, Rabu (7/10).
Dalam kesempatan itu, Sukiman Azmy membeberkan perihal dirinya dinyatakan positif Covid-19 dari beberapa penyebab. Meski demikian, Sukiman tidak mengetahui pasti asal muasal dirinya dinyatakan terpapar Korona.
Karenanya, ada 3 sumber penyebab ia tertular. Pertama, dalam sebulan terakhir terjadi perubahan kondisi fisik yang tidak biasanya.
Diet ketat yang dilakukan kata Sukiman, menyebabkan berat badannya turun hingga 74 kg.
“Biasanya berat badan saya mencapai 80 kg, Idealnya 77 kg. Saya makan nasi sehari sekali dan sisanya hanya makan buah dan sayur-sayuran,” ujar Bupati Sukiman dalam penjelasannya kepada media.
Selanjutnya, perjalanan ke luar daerah untuk keperluan kedinasan. Mulai tanggal 12-13 September silam, melakukan kunjungan ke sejumlah tempat sebagai bahan studi banding untuk pengembangan Lombok Timur. Mulai dari kunjungan ke pasar, RSUD, Jembatan Akuatik dan obyek lainnya.
Hal itu menjadi standar daerah Lotim kedepannya. Semisal pembangunan jembatan Gili Kondo, Gili Re dan Gili Blek.
Penyebab lainnya, papar Sukiman, karena faktor kelelahan. Padatnya jadwal tugas dan jadwal dinas mungkin menjadi salah satu faktor pendukung terpapar virus Korona.
Mulai dari agenda sidang paripurna dewan, Road show di 21 kecamatan untuk program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dan lain sebagainya.
“Kondisi itu menyebabkan saya menjadi lemah, kepala pusing, perut mual mau muntah, meriang dan efek lainnya. Hari Senin (21/9) saya di swab dan dinyatakan positif. Lalu, saya meminta untuk isolasi mandiri dirumah saja,” kata Sukiman menuturkan pengalamannya kepada media.
Penderitaan ternyata tidak berhenti sampai disitu. Apa yang disebutkan oleh kebanyakan orang agar isolasi mandiri tak semudah dibayangkan. Ternyata isolasi dirumah hanyalah teori saja. Sehingga ia meminta untuk dilakukan perawatan di RSUD Soedjono Selong. Bahkan, dirinya sempat mau dirujuk di RSU Provinsi NTB.
Dalam perawatan itu, secara tegas Bupati Lotim menolak untuk di rujuk ke RSU Provinsi NTB. Bahkan ia sangat yakin dan percaya dengan penanganan medis di RSUD Selong yang sudah menjadi rumah sakit bertipe B.
“Empat hari diinfus, rupanya badan saya seolah-olah menolak aliran infus dan tidak berjalan dengan baik. Kemudian terjadi pembengkakan. Jika dilepas, resikonya maka harus minum obat-obatan sebanyak-banyaknya,” tambah Sukiman.
Bahkan, oksigen sebagai alat bantu pernafasan tersisa 60 persen bahkan kurang dari itu. Setelah 3 hari dinyatakan negatif, oksigen pun dilepas.
“Alhamdulillah, kondisi saya sudah membaik dan bisa beraktifitas seperti biasa. Saya berharap saya dan keluarga merupakan puncaknya atau finishing touch untuk kasus Covid-19. Dan semoga peta zona Lombok Timur berubah dari kuning ke hijau,” pinta Sukiman. (Red)