MATARAM, POROSLOMBOK -UNDP NTB menjanjikan serapan tenaga kerja perempuan di semua titik proyek UNDP PETRA. Saat ini ada 26 tenaga kerja perempuan yang sudah bekerja dan Kamis depan akan melaunching program pekerja perempuan untuk proyek proyek UNDP lainnya.
Hal ini diapresiasi Wakil Gubermur Hj Sitti Rohmi Djalillah karena dinilai berhasil memberdayakan masyarakat sebagai dampak ekonomi langsung.
“Terimakasih kepada UNDP yang sudah mengakomodir tenaga lokal. Ini bentuk manfaat secara ekonomi selain bantuan fasilitas untuk rehabilitasi gempa di kabupaten Lombok Utara”, ujar Wagub di kantor Gubernur, Selasa (25/05).
Zainudin, koordinator proyek UNDP wilayah NTB mengatakan, sebanyak 65 persen pekerja lokal tengah mengerjakan 14 proyek sekolah, Puskesmas dan fasilitas umum lainnya yang ditargetkan rampung tahun ini.
“Kami mendorong agar serapan tenaga kerja perempuan makin banyak dan tersebar di semua titik proyek. Dari 65 persen tenaga lokal sisanya pekerja migran”, jelasnya.
Ia juga menjelaskan progres pekerjaan 14 titik infrastruktur berupa sekolah SMK dan Puskesmas yang telah dikerjakan 46 persen. Direncanakan serah terima fasilitas bangunan akan dilakukan pada Oktober mendatang. Selain fasilitas sekolah dan Puskesmas, UNDP juga membangun proyek jaringan air bersih, irigasi, embung dan sarana lainnya di lima desa yang kini sudah dimanfaatkan oleh masyarakat di tiga desa di KLU dan dua di Sembalun, Lombok Timur. Hal ini untuk percepatan pemulihan ekonomi dengan merekonstruksi fasilitas pendukung tersebut.
Rehabilitasi dan rekontruksi (rehab-rekon) pembangunan 14 fasilitas kesehatan dan sekolah di Kabupaten Lombok Utara tersebut merupakan Proyek Program Bantuan Rekonstruksi Infrastruktur Gempa dan Tsunami (PETRA) yang dilaksanakan oleh UNDP dan didanai Republik Federal Jerman melalui bank pembangunannya, KfW.
14 infrastruktur kesehatan dan pendidikan yang dibangun, 4 SMK Negeri di KLU, 8 puskesmas pembantu di KLU, 1 puskesmas pembantu di Lombok barat, dan 1 puskesmas di Lombok timur.
“Jadi total gedung yang dibangun secara keseluruhan mencapai sekitar 35 gedung di 14 lokasi tersebut,” tutur Zainudin.
Zainudin juga menjelaskan prinsip rekontruksi yang dilakukan mengedepankan “build back better” atau “membangun kembali dengan lebih baik”. Oleh karena itu, sebelum rekontruksi dilakukan telah dilakukan kajian geologis untuk memastikan gedung yang dibangun tidak berada pada jalur patahan gempa, bahan banguinan dan struktur bangunan juga telah memenuhi standard gempa.
Selain itu pembangunan juga dilakukan dengan pendekatan yang inklusif untuk memastikan “tidak seorangpun tertinggal”. Perempuan telah menjadi bagian utama dari proyek sejak tahap awal, memastikan fasilitas dibangun untuk memenuhi kebutuhan perempuan. Akses bagi penyandang disabilitas juga akan disediakan.
Zainudin menambahkan, sekitar 150 ribu warga di Pulau Lombok dan sekitarnya akan menerima manfaat dari rehabilitasi dan rekonstruksi (rehab rekon) fasilitas pendidikan dan kesehatan ini. (*)