(PorosLombok) – Bila ada production house yang rajin membuat film remake, itu adalah Falcon Pictures. Falcon memang terbilang paling banyak membuat film remake dari berbagai negara, kabar baiknya banyak di antaranya sukses.
Sebut saja “Miracle in Cell No. 7” (2022) dari film Korea, “Perfect Strangers” (2022) dari film Italia, “Kang Mak (From Pee Mak)” (2024) dari film Thailand, yang meraih jutaan penonton.
Kali ini Falcon memproduksi film ‘Dendam Mala Kelam’, yang merupakan remake dari film El Cuerpo atau The Body (2012) ‘The Body’ asal Spanyol, sebuah film horor detektif penuh teka teki. Di negaranya film ini terbilang sukses diikuti kesuksesannya di peredaran internasional.
‘Dendam Malam Kelam’ beredar sejak akhir Mei lalu dan mendapat sambutan yang lumayan hangat, baik dari sisi penonton maupun reviewer besar yang memiliki banyak pengikut.
Film yang disutradarai Danial Rifki ini dibuka dengan hilangnya jenazah Sofia (Marissa Anita) dari kamar mayat laboratorium forensik. Jefri (Arya Saloka), suami dari Sofia segera dipanggil oleh Arya (Bront Palarae), detektif yang berupaya mengusut misteri tersebut untuk dimintai keterangan.
Polisi belum mengetahui bahwa Sofia bukan meninggal akibat serangan jantung, melainkan dibunuh oleh Jefri guna menutupi perselingkuhannya dengan Sarah (Davina Karamoy).
Namun, baik di hadapan Arya maupun saat tengah seorang diri dan secara bebas menunjukkan wajah aslinya pada penonton, Jefri gigih membantah perbuatanya membunuh lalu mencuri jenazah mendiang istrinya.
Dendam Malam Kelam sukses menebarkan rasa penasaran sehingga penonton terus tersedot untuk mengikuti alur yang disajikan setiap adegan.
Keseruan terlihat ketika tokoh-tokohnya berdebat, misalkan saat Dr. Nadia (Putri Ayudya) melempar hipotesis bahwa Sofia mengalami mati suri dan segera dibantah oleh Arya. Perdebatan dengan intensitas naik terus. Danial sukses mengarahkan para cast menggali kemampuan akting para pemainnya.
Akting aktor yang melambung namanya lewat sinetron ‘Ikatan Cinta’ sukses membuat penonton geram. Arya Saloka mampu membangun dinamika kuat bersama Bront Palarae melalui adu argumen.
Demikian pula Marissa Anita yang nyaris mulus memainkan karakter Sofia yang pintar dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi, tampil bak magnet berdaya tarik kuat yang kemunculannya selalu meninggalkan kesan walaupun porsinya tidak banyak.
Danial Rifki sukses membuat adaptasi cerita dengan tetap mengutamakan kesolidan bercerita alih-alih mengandalkan twist belaka. Rasa penasaran penonton terjaga hingga akhir durasi dengan alur tetap padat.
Tempo penceritaan sangat diperhitungkan, kapan harus membuka petunjuk baru, kapan harus mengajukan pertanyaan, kapan harus tancap gas, serta kapan harus berhenti sejenak.
Alhasil penonton merasakan ketegangan yang terus memuncak dimulai saat jenazah Sofia menghilang dari kamar mayat, memunculkan rangkaian misteri yang perlahan-lahan diurai oleh penyidik kepolisian. Selain menyuguhkan suasana kelam dan tegang, film ini juga menggali sisi psikologis tokoh-tokohnya.
Dalam sebuah wawancara, Marissa Anita yang memerani Sofia, mengatakan, karakter Sofia adalah salah satu tokoh paling rumit yang pernah ia perankan. Marisa mengaku tak hanya menyimak ulang film ‘El Cuerpo’ atau ‘The Body’ (2012) asal Spanyol yang menjadi sumber adaptasi skenario, tapi dia juga menyelam ke dalam literatur klasik hingga buku kontemporer demi menyusun lapisan-lapisan kepribadian Sofia.
Tak kalah menarik adalah penampilan Davina Karamoy yang melejit lewat film Ipar Adalah Maut’, yang kembali memerankan perempuan selingkuhan. Pengalamannya di film ‘Ipar Adalah Maut’ dieksplor lebih dalam lagi lewat film ini.
Bagi penonton yang memburu pesan moral, pesan film ini adalah janganlah menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan seperti yang dilakukan Jefri dan Sarah.
Kontributor Nasional : aris
