LOMBOK TIMUR – PorosLombok.com || Cuaca ekstrem berupa hujan lebat dan angin kencang yang menimpa wilayah Lombok Timur dalam beberapa hari terakhir telah mengakibatkan dampak bencana alam berupa pohon tumbang, tanah longsor, serta banjir.
Berdasarkan laporan yang diterima Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lombok Timur yang dirilis pada Minggu 9 Februari 2025, bahwa telah terjadi dampak bencana di 9 (sembilan) titik.
“BPBD menerima laporan sedikitnya 9 dampak cuaca ekstrem pada 8 dan 9 Februari 2025,” ungkap Kalak BPBD Lombok Timur L. Mulyadi melalui rilis resmi yang diterima redaksi poroslombok.
Menurut laporan yang diterima, sembilan dampak bencana tersebut antara lain:
• Pohon tumbang di jalan Pusuk Sembalun ( 4 pohon ) di empat titik berbeda
• Pohon tumbang di Loang Tuna Labuhan Haji
• Pohon tumbang di Karang Sukun ( depan porda )
• Longsor di Lendang Penyonggok Tete Batu
• Banjir luapan di Sukadamai Sukaraja, dan
• Angin puting beliung di Dusun Jor Badui Kecamatan Jerowaru.
Bencana tersebut telah mengakibatkan beberapa akses jalan menjadi terganggu akibat pohon tumbang, serta beberapa atap rumah warga juga rusak akibat terjangan angin puting beliung.
Atas kejadian itu, Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (TRC-PB) diback up Tim Tabah Bencana Hidro (Gabungan OPD) bergerak cepat untuk melakukan penanggulangan bencana. Saat ini tim tersebut masih berjibaku menangani dampak daripada kejadian tersebut.
“Saat ini rekan-rekan Tim Tabah Bencana Hidro ( Gabungan OPD ) masih penanganan di lapangan,” imbuhnya.
Situasi yang terjadi saat ini sesuai prediksi BMKG yang diberitakan poroslombok pada artikel yang dirilis pada Jum’at 31 Januari 2025, lalu.
Karena itu, BPBD Lombok Timur kembali mengimbau masyarakat untuk tetap berhati-hati dengan potensi hujan lebat yang disertai angin kencang yang akan melanda wilayah Lombok Timur dalam beberapa pekan kedepan.
“Kami mengimbau kepada masyarakat untuk selalu berhati-hati saat sedang di luar rumah terutama saat berkendara, karna rawan pohon tumbang. Termasuk kepada nelayan tradisional untuk selalu memperhatikan perkembangan cuaca,” demikian L. Mulyadi.
Anas/PL
