LOTIM, Poroslombok.com – Dugaan terhadap oknum ajudan bupati berinisial H yang dianggap tidak amanah dalam menjalankan perintah bupati kian mencuat kepermukaan, hal ini ternyata cukup mencengangkan banyak pihak.
Tercatat dalam beberapa hari terakhir sang ajudan menjadi bahan perbincangan banyak orang, baik di dunia maya maupun dunia nyata. Namun dalam perbincangan yang di ikuti media ini berhembus berita tak sedap tentang oknum ajudan yang dimaksud.
Pada hari senin tanggal 15 pebruari yang lalu misalnya, sang ajudan telah dilaporkan oleh salah seorang kerabat bupati inisial M, atas dugaan pemalsuan dokumen dan pencemaran nama baik terhadap pelapor.
Bak drama berseri, pada hari kamis tanggal 18 pebruari lagi-lagi dunia maya dihebohkan dengan sebuah pemberitaan di salah satu media online yang lagi-lagi mengarah kepada sang ajudan. Dalam pemberitaan tersebut sang ajudan dikatakan tidak amanah sebagai perpanjangan tangan bupati.
Sebab tudingan itu diarahkan kepada sang ajudan adalah, berawal dari cerita HY warga Dusun Bimbi,Desa Rensing Raya,Kecamatan Sakra Barat yang menceritakan perihal dirinya yang diberikan bantuan dana berobat oleh bupati pada 2020 lalu.
Dikutif dari media Corongrakyat.co.id, HY (60) tahun menumpahkan rasa kekecewaannya terhadap oknum ajudan yang dinilainya tidak amanah. Betapa tidak, uang yang tadinya sudah berada ditangannya hanya singgah untuk sebentar saja.
Menurut pengakuan HY, Bantuan sejumlah uang yang diberikan Bupati pada tahun 2020 yang lalu untuk biaya berobat istrinya harus rela dikembalikan kepada oknum ajudan Bupati dengan alasan salah alamat (orang), padahal HY sudah disuruh untuk menandatangani kwitansi oleh oknum ajudan tersebut.
“Saya merasa tidak enak untuk menemui Bupati lagi untuk bertanya pada waktu itu. Karena menurut saya, Bupati telah memberikan seperti itu. Saya sudah tidak tau mau bicara apa lagi. Rasanya ajudan inilah yang tidak amanah dalam menjalankan perintah Bupati,”ujar HY.
Atas kejadian itu, media poroslombok.com kemudian mencoba mengkonfirmasi semua pihak terkait, dimana yang pertama kali dikonfirmasi adalah oknum ajudan yang dimaksud melalui media WhatssApp. Meski mengaku sedang sibuk, tetapi yang bersangkutan kemudian bersedia untuk ditemui di kantor tempat ia bekerja.
Saat dikonfirmasi di tempat kerjanya di selong pada kamis siang (18/02) sang ajudan inisial H tidak berbicara banyak namun hanya mengarahkan wartawan media ini untuk menemui HY dan menanyakan bersama siapa dia datang pada saat itu.
“Cukup tanya pak haji itu aja, sama siapa dia datang ke pendopo? Pasti tau jawabannya,”jawabnya singkat.
Bermodal keterangan singkat dari sang ajudan, sore itu juga media ini kemudian menemui pak HY yang dimaksud di rumah kediamannya untuk menanyakan siapa orang yang menemaninya kala itu. Menurut pengakuan HY, dimana pada saat itu dirinya datang berdua dengan F. Namun menurutnya, dia dengan F punya agenda,konteks dan tujuan yang berbeda.
“Memang waktu itu saya datang berdua sama F, tapi tujuan dan konteksnya berbeda, tidak ada sangkut pautnya dengan kwitansi yang saya tandatangani dan uang yang 25 juta yang kemudian uangnya diminta kembali oleh ajudan,”tuturnya.
Dari keterangan HY media ini kemudian menghubungi F via telepon dan menanyakan apakah benar dirinya yang menenami HY saat itu. F kemudian membenarkan bahwa dirinyalah yang datang bersama HY pada saat itu serta memberikan keterangan yang sama dengan HY dimana dirinya datang dengan tujuan dan konteks yang berbeda dengan HY.
Ditanya apakah dirinya mengetahui soal kwitansi dan uang senilai 25 juta yang diterima HY?, F mengaku bahwa dirinya juga mengetahui akan hal tersebut. Meski begitu ia menegaskan, bahwa dirinya tidak ada kaitan dan sangkut pautnya dengan uang yang 25 juta tersebut.
“Intinya begini dah, pertama saya tidak ada kaitan dengan hal itu (uang 25 juta,red). kedua, saya tidak ada masalah dengan H. Kalaupun nanti H mau mempermasalahkan saya (red), maka saya siap bertemu dengan H,”ketusnya.
Dia (F) kemudian membeberkan dimana pada saat itu dirinya juga menandatangani selembar kwitansi dengan nilai sebesar lima juta rupiah. Namun menurut dia, saat itu H (ajudan) berpesan kepadanya agar nantinya dia bisa mengatur uang tersebut (dibagi,red).
“Iya kalo yang lima juta sudah jelas saya yang menerima, makanya H mengatakan sama saya, kalo yang ini atur sudah, makanya uang itu saya bagi dua sama HY. Tapi kalo yang 25 juta saya tidak tau menau karna tidak ada kaitannya dengan saya,”tegasnya.
Pada hari berikutnya, tepatnya pada jum’at pagi 19 pebruari media ini kemudian mengirimkan rekaman keterangan HY dan F ke WA pribadi sang ajudan untuk dimintai kembali tanggapannya.
“Ada kok tulisan kwitansinya, Dan tulisan itu tidak berbohong,”balasnya singkat.
Wartawan media ini kemudian membalas kembali jawaban singkat dari H yang bunyinya seperti dibawah ini.
“Iya tapi yang dia permasalahkan itu bukan kwitansi yang 5 (Lima) juta, tapi kwitansi yang 25 (Dua puluh lima) juta yang ditandatangani oleh pak haji yang uangnya side (anda) tarik kembali karna salah yang diberikan, tapi setelah itu side (Anda) berjanji sama pak haji untuk datang kerumahnya, tapi sampai hari ini side (Anda) tidak pernah datang. nah sehingga pak haji itu mempertanyakan apakah tidak ada pengganti uang yang 25 juta itu? Begitu kira-kira pointnya,”balas media ini menerangkan.
Tak berselang lama H kemudian menghubungi media ini melalui panggilan WhatssApp dan memberikan sebuah pengakuan baru. Dia mengatakan bahwa pak haji waktu itu datang dengan membawa sebuah proposal yang menurut pengakuan H bahwa proposal tersebut belum cair.
“Begini, waktu itu kan pak haji datang dengan membawa proposal, terus maunya pak haji supaya dicairkan hari itu, kan ndak bisa,”ujarnya.
Dari penjelasan H media ini pun kembali melakukan konfirmasi kepada HY. Diapun mengakui bahwa dirinya memang membawa proposal tapi bukan pada hari itu melainkan beberapa hari berikutnya, serta proposal tersebut bukan diantar ke pendopo melainkan ke kantor bupati.
“Hari itu saya tidak membawa proposal, tapi pada hari berikutnya setelah itu, dan itu langsung ke kantor bupati kalo itu,”tandasnya.(ns)