Oleh: Lalu Muhammad Anwar, S.ST., M.PH.
Ahli Gizi / Mantan Ketua PERSAGi Lotim
————————————————————-
Lombok Timur, PorosLombok – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang kini diujicobakan di sejumlah sekolah di Kabupaten Lombok Timur menjadi terobosan penting untuk mendukung tumbuh kembang anak usia sekolah. Dengan harapan mampu memenuhi kebutuhan gizi siswa, program ini memerlukan komitmen penuh dari berbagai pihak agar bisa berjalan maksimal dan berkelanjutan.
Anak-anak usia sekolah, terutama siswa Sekolah Dasar (SD), berada dalam fase penting pertumbuhan. Pada tahap ini, kebutuhan energi dan nutrisi mereka meningkat seiring dengan aktivitas fisik yang tinggi. Berdasarkan standar gizi, seorang anak usia 10 tahun membutuhkan sekitar 2.000–2.200 kalori per hari. Untuk makan siang saja, kebutuhan ini mencakup sekitar 600–700 kalori yang harus dipenuhi melalui karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral yang seimbang.
Protein memiliki peran vital dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan tubuh anak. Sementara orang dewasa membutuhkan sekitar 1 gram protein per kilogram berat badan per hari, anak-anak memerlukan hingga 1,5 gram. Dengan kebutuhan tinggi ini, penyediaan sumber protein berkualitas, seperti daging, ikan, atau telur, menjadi tantangan tersendiri, terutama ketika alokasi anggaran program terbatas.
Idealnya, program MBG ini membutuhkan anggaran Rp15.000 per anak per hari untuk memastikan standar gizi tercapai. Namun, anggaran yang tersedia hanya Rp10.000 per anak. Dengan selisih ini, pengelola program perlu mengatur strategi dan kreativitas untuk memastikan kualitas dan kuantitas makanan tetap memenuhi kebutuhan gizi siswa.
Potensi Pangan Lokal sebagai Solusi
Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah memanfaatkan potensi sumber daya pangan lokal. Kabupaten Lombok Timur memiliki kekayaan sumber pangan yang melimpah, seperti telur, ikan air tawar, tahu, tempe, hingga berbagai jenis sayuran lokal seperti kelor dan bayam. Bahan-bahan ini tidak hanya bergizi tetapi juga mudah diakses dan ekonomis.
Pemanfaatan buah-buahan lokal seperti pepaya, mangga, dan buah naga juga dapat menjadi alternatif yang hemat biaya. Selain kaya vitamin, buah-buahan ini lebih mudah didapatkan daripada buah impor yang harganya jauh lebih mahal. Pendekatan ini tidak hanya mendukung program MBG tetapi juga menggerakkan ekonomi lokal, memberikan manfaat langsung bagi petani dan pedagang kecil.
Namun, pemanfaatan bahan pangan lokal membutuhkan pengelolaan yang cermat. Sayuran, misalnya, harus diolah dengan benar agar kandungan gizinya tetap terjaga. Bayam, kelor, dan kangkung sebaiknya dimasak dengan metode yang tepat untuk menghindari hilangnya nutrisi penting. Dalam hal ini, edukasi kepada pengelola program dan tenaga dapur sangat diperlukan.
Pengawasan dan Komitmen Kolektif
Pengawasan terhadap pelaksanaan program menjadi isu penting yang tidak boleh diabaikan. Keterlibatan pihak ketiga sebagai pelaksana program harus diawasi secara ketat untuk mencegah penurunan kualitas makanan akibat praktik penghematan biaya yang tidak etis. Pemerintah daerah perlu memastikan bahwa makanan yang diberikan kepada siswa benar-benar memenuhi standar gizi.
Selain itu, keterlibatan masyarakat juga sangat penting. Orang tua, guru, dan komunitas lokal harus diberdayakan sebagai pengawas tambahan untuk memastikan program berjalan sesuai harapan. Kolaborasi ini tidak hanya meningkatkan transparansi tetapi juga membangun rasa tanggung jawab bersama terhadap masa depan generasi muda.
Pentingnya Evaluasi Berkala
Evaluasi berkala terhadap program MBG menjadi langkah wajib yang harus dilakukan. Pemerintah dan pihak terkait perlu memantau apakah menu yang disediakan sudah sesuai dengan kebutuhan gizi anak-anak. Evaluasi ini juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi tantangan di lapangan dan menyusun solusi yang lebih efektif.
Selain aspek teknis, evaluasi juga dapat mencakup dampak psikologis dari program ini terhadap siswa. Menu makanan yang menarik dan variatif dapat meningkatkan antusiasme anak-anak, sehingga tujuan program tidak hanya tercapai secara fisik tetapi juga membangun pengalaman positif bagi mereka.
Membangun Kesadaran Akan Pangan Lokal
Program MBG juga menjadi momen penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memanfaatkan pangan lokal. Dengan mengedepankan bahan pangan yang tersedia di daerah, Lombok Timur dapat mulai membangun kemandirian pangan sekaligus mendukung keberlanjutan ekonomi lokal.
Edukasi kepada masyarakat mengenai nilai gizi dan potensi pangan lokal harus digalakkan. Langkah ini tidak hanya mendukung keberhasilan program MBG tetapi juga memberikan dampak jangka panjang terhadap pola konsumsi masyarakat yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Momentum untuk Perubahan Positif
Jika dikelola dengan baik, program MBG dapat menjadi investasi besar dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Lombok Timur. Anak-anak yang mendapatkan asupan gizi seimbang akan tumbuh lebih sehat, cerdas, dan produktif, yang pada akhirnya membawa dampak positif bagi masa depan daerah ini.
Dengan komitmen dan kerja sama semua pihak, program MBG tidak hanya menjadi solusi jangka pendek untuk pemenuhan gizi anak sekolah tetapi juga menjadi model inovatif yang dapat diterapkan di daerah lain di Indonesia.
Semoga langkah awal ini menjadi pijakan untuk masa depan yang lebih cerah bagi generasi mendatang. Mari bersama mendukung keberhasilan program ini demi terciptanya generasi muda yang unggul, sehat, dan berdaya saing.
Arul | PorosLombok