LOTIM, POROSLOMBOK – Habib Muhammad Rizieq bin Hussein Shihab, Lc, M.A, atau yang lebih akrab disapa Habib Rizieq Shihab (HRS) adalah seorang tokoh islam indonesia yang dikenal sebagai pendiri dan pemimpin organisasi Front Pembela Islam (FPI).
Belakangan, nama Habib Rizieq Shihab terus menjadi sorotan banyak pihak sejak kepulangannya ke indonesia.
Imam Besar FPI ini membuat situasi menjadi heboh.Pasalnya, pada saat menggelar acara pernikahan putrinya, Syarifah Najwa Shihab serta perayaan acara maulid Nabi Muhammad,S.A.W telah membuat terjadinya penumpukan massa.
Akibatnya, muncul dugaan bahwa acara tersebut telah melanggar protokol kesehatan (Prokes) covid-19.
Buntut kejadian itu, Muncul issue tentang adanya upaya pembubaran FPI oleh pemerintah jika memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora), Fahri Hamzah, SE kepada awak media mengatakan bahwa, telah terjadi kekeliruan penasihat presiden dalam memahami cara negara bekerja.
“Sehingga kadang-kadang disini, negara turut menciptakan masalah yang tidak perlu ada, saya mengatakan hal ini pada 2017,” ucap FH kepada awak media, usai acara Silaturrahmi Dan Orasi Kebangsaan Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat Indonesia, di gedung Darma Wanita Selong pada selasa siang (24/11).
Menurut bang Fahri, sapaan akrab politisi asal NTB ini, HRS sesungguhnya adalah seorang muballigh yang ada di jakarta. Beliau (HRS) lebih banyak berkeliling untuk bertemu ummat.
“Tapi tiba-tiba ada identifikasi membuatnya seolah-olah sebagai musuh negara. Nah ini membuat beliau mendapat simpati besar tentunya,” sebut fahri.
Sambung fahri, Setiap ada respon negara tentang sesuatu, tentu respon baliknya juga akan semakin besar. Hal inilah menurut mantan DPR RI ini yang terjadi sekarang.
“Sudahlah! tarik kembali platform konflik idiologi didalam kebijakan negara,” tukasnya.
Fahri menyerukan agar semua anak bangsa bersatu agar bersama-sama keluar dari covid yang sedang melanda. Bahkan menurutnya, krisis saat ini justru dapat dilihat sebagai peluang untuk menjadi negara yang lebih kuat dan lebih besar, serta menjadi naik kelas karna dapat mengatasi krisis ini.
“Tapi kalo krisis ini dihadapi dengan bertengkar, bisa-bisa mati bareng kita! Nah ini ndak boleh terjadi,” tegasnya.
Kami di partai gelora, sambung dia, menentang dan menolak perpecahan dalam situasi seperti sekarang ini. Ia menegaskan bahwa, pemilunya sudah selesai dan 2024 masih jauh. Sekarang ini menurutnya yang harus diselamatkan adalah pilkada yang akan melahirkan 270 para pemimpin baru di daerah.
“Elit pusat nggak usah mengembangkan konflik idiologi, bahkan apalagi konflik diturunkan ke daerah-daerah, Jangan! Sekarang ini nuansa persatuan yang kita butuhkan,” serunya.
Karna itu, ajak fahri menyerukan kembali untuk menghilangkan konflik idiologi. Menurut dia bahwa kita boleh menjaga jarak pada masa pandemi sekarang ini, tetapi tidak boleh menjaga fikiran.
“Jangan jaga jarak prasaan kita. Kita adalah sesama anak bangsa dimana hari-hari ini adalah kita bersatu menghadapi cobaan,” tandasnya.
Terkait keterlibatan TNI dalam kasus HRS, Fahri Hamzah mengatakan bahwa pejabat-pejabat TNI kurang membaca orientasi negara dalam kebijakan terhadap posisi militer didalam berdemokrasi.
“Saya menyarankan pejabat-pejabat elit TNI itu untuk kembali belajar tentang apa yang terjadi dalam 20 tahun lebih ini pasca reformasi. TNI harus tau bahwa mereka ditugaskan untuk menjaga perdamaian,mereka hadir ditengah rakyat untuk memberikan ketenangan, bahkan kita berperangpun untuk mencari perdamaian,” terangnya.
Fahri menyayangkan tentang apa yang terjadi sekarang ini, dimana TNI tiba-tiba terlibat dalam konflik sipil yang menurutnya hal itu tidak boleh terjadi, bahkan menurut dia haram hukumnya didalam negara demokrasi TNI terlibat dalam konflik sipil.
“TNI harus keluar dari gelanggang politik dan TNI harus menghormati hukum. Itu kata kuncinya,”jelas fahri.
Terakhir, FH kembali menyerukan agar semua pihak menghentikan segala pertikaian yang terjadi saat ini. Menurutnya saat ini bukan yang tepat untuk saling bertengkar namun saatnya untuk saling mencari titik temu. Ia juga mengingatkan bahwa saat ini kita sedang mengalami krisis, dimana pemecatan/PHK terjadi dimana-mana bahkan kemiskinan semakin bertambah.
“La mbok ya bersatu, masak hari gini kita berantem! Saya bukan tidak suka berkelahi, saya malah dari dulu tukang berkelahi tapi ngapain berkelahi sekarang?! nanti aja kita berkelahi lagi,” tutup dia sambil berlalu meninggalkan tempat. (ns)