MATARAM, Poroslombok.com – Banyaknya keluhan dari para guru dan masyarakat tentang kurikulum baru yang diterapkan di pendidikan sekolah menjadi atensi Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesi (DPD RI) H.Achmad Sukisman Azmy perwakilan Nusa Tenggara Barat (NTB). Hal itu ia sampaikan di ruang kerjanya di mataram, senin (08/03/21).
Mendengar keluhan Itu, Sukisman yang juga menjadi pimpinan salah satu media tersohor di NTB itu mengutarakan akan mengembalikan kurikulum lama untuk diterapkan di sekolah. Pasalnya, apa yang dirasakan masyarakat bisa menjadi perpecahan yang disebabkan dasar kewarnegaraan yakni pancasila banyak yang dihilangkan dimasa repormasi ini.
“Kurikulum baru ini jauh dari norma yang tertuang di pancasila, lebih condong dengan tekhnologi yang berkembang, di mana masyarakat lebih banyak mengenal orang luar daripada lingkungannya. Kalau tidak ditanamkan, maka dasar-dasar itu kita khawatirkan kewarganegaraan bangsa tidak terlalu kuat, sehingga gampang sekali kita dipecah belah. Itu jadi dasar kita untuk mengembalikan kurikulum pendidikan yang lama,”ujarnya.
Menurutnya, Tidak hanya daerah di NTB saja yang mengeluhkan persoalan kurikulum baru ini, daerah lainnya juga menanyakan hal serupa. Seperti halnya ketika dia melakukan kunjungan ke Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) di Bali. “Rata-rata guru-guru meminta agar pelajaran pancasila, agama dikembalikan agar masyarakat memiliki budi pekerti.”katanya.
Sukisman juga mencontohkan fenomena yang terjadi di masyarakat, banyak sekarang masyarakat yang tidak hapal pancasila, proklamasi dan sejarah Indonesia. Perkembangan teknologi informasi (TI) 4.0 yang digunakan dikurikulum baru memang diakuinya bisa membuat Indonesia mendunia. Di mana anak-anak diharuskan memiliki gadget atau handphone (HP) untuk membuka pelajaran.
“Seharusnya dengan perkembangan TI, norma pada pancasila dan rasa cinta tanah air tidak dihilangkan agar mereka bangga menjadi warga negara Indonesia. Karena kalau dihilangkan kita khawatir anak-anak akan berat berkewarganegaraan, sebab mereka tidak mengetahui sejarah kemerdekaan. Seperti apa perjuangan para pahlawan memperjuangkan dunia pendidikan, sehingga ada sumpah pemuda begitu juga rancangan Undang-undang, serta pancasila dan proklamsi Kemerdekaan,” terangnya.
Namun pada kurikulum baru ini, lanjut dia, sejarah perjuangan Indonesia sudah mulai memudar. Ia juga mengkhawatirkan, kalau anak-anak nantinya mengatakan merdeka itu gampang sekali. Padahal bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan harus berjuang ratusan tahun, pahlawan jutaan yang berkorban belum lagi kekayaan Indonesia diambil. “Itu rentetan peristiwa perjuangan Indonesia, jika ini terulang kembali, maka berat bagi kita semua,”jelasnya.
Ia juga menambahkan, untuk saat ini persoalan kurikulum pendidikan yang baru sudah dikomunikasikan dengan pihak komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) yang membidangi pendidikan dan itu sudah disampaikan ke menteri pendidikan. “Alhamdulillah persoalan kurikulum yang baru sudah dikaji ulang, semoga dalam waktu dekat ini kurikulum lama bisa kembali,” pungkasnya.(ns)