LOTIM – PorosLombok.com | Anomali iklim dan cuaca yang terjadi selama satu dekade terakhir ini telah menyebabkan perubahan iklim (global climate change) yang sangat signifikan di seluruh belahan dunia, tidak terkecuali di Lombok Timur.
Sebagaimana diketahui, bulan Maret sampai September selama ini selalu diindentikkan dengan musim kemarau. Namun pada dekade ini, pada bulan-bulan tersebut sering terjadi curah hujan dengan intensitas tinggi di luar prediksi, sehingga dampaknya sulit di antisipasi.
Kepala Dinas Pertanian Lombok Timur Ir. Sahri dalam keterangan pers-nya pada Senin (10/7/23) menyampaikan, sebanyak 4.245,23 Hektar tanaman tembakau di beberapa kecamatan telah terdampak akibat curah hujan yang cukup tinggi beberapa hari belakangan ini.
“Setelah kami keliling dari hari Jumat sampai hari minggu kemarin, memang terjadi kerusakan dalam tiga klasifikasi. Yakni rusak parah, sedang dan ringan. Bahkan ada yang tidak terpengaruh sama sekali dengan cuaca saat ini,” ujarnya.
Ia memaparkan, petani yang mengalami dampak kerusakan berat adalah mereka (petani-red) yang kurang memperhatikan teknis penanaman.
Dikatakannya, petani yang melakukan teknis penanaman sesuai yang dianjurkan Dinas Pertanian melalui penyuluhnya, yakni membuat bedengan dan membuat drainase yang cukup dalam, relatif tidak terlalu terdampak.
Sambung dia, petani yang mengalami rusak sedang adalah mereka yang membuat bedengan tapi tidak terlalu tinggi, sehingga masih terpengaruh oleh air hujan. Terlebih jika turun hujan dengan intensitas tinggi.
Kendati demikian, menurut dia, terdapat kelompok petani yang justru mendapatkan berkah dari turunnya hujan, dimana ketika tersiram air hujan maka tanaman tembakaunya akan menjadi semakin bagus, mereka bahkan senantiasa mengharapkan hujan.
Atas kondisi yang dialami oleh para petani di wilayah ini, sebagai kepala dinas yang menangani pertanian, Sahri menyampaikan rasa prihatin yang mendalam. Dirinya berharap agar bencana yang terjadi saat ini dapat dilalui oleh para petani kita dengan penuh kesabaran dan ketabahan.
“Kami yakin petani kita adalah petani yang tangguh dan telah banyak memiliki asam garam di dalam melakukan usaha budidaya tembakau,” ucapnya.
Tak sekadar prihatin dalam ucapan, kedepan pihaknya akan melakukan langkah maupun upaya nyata dalam membantu para petani yang terdampak, akibat kondisi cuaca yang tidak menentu.
Bahkan dirinya menegaskan akan segera berangkat ke Jakarta bersama Kabid terkait, guna menyampaikan kondisi yang menimpa para petani tembakau saat ini, kepada Kementrian Pertanian.
Disamping itu, melihat kondisi dan kecenderungan dewasa ini, dirinya merasa bahwa para petani di Lombok Timur khususnya, membutuhkan asuransi agar tidak terlalu merugi jika mengalami kondisi seperti saat ini. Hal itu pun akan dia sampaikan kepada Kementrian terkait.
Sehingga kedepan dia berharap agar Pemerintah dapat memberikan asuransi kepada petani tembakau, sebagaimana yang ada pada petani padi yang disebut dengan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP), dan Asuransi Usaha Peternak Sapi (AUTS).
Adapun tindak lanjut teknis yang dilakukan Dinas Pertanian Lombok Timur melalui Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), yaitu:
1. Menyarankan kepada petani untuk melakukan penyemprotan fungisida sebagai antisipasi penyakit akibat jamur.
2. Memperbaiki saluran air (drainase) dengan memperdalamnya agar air hujan tidak langsung menggenangi tanaman tembakau petani, dan
3. Melakukan pemupukan untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman dengan memperhatikan kondisi cuaca.
4. Tetap waspada terhadap kondisi cuaca.
Sedangkan langkah selanjutnya yang dilakukan Dinas Pertanian, yaitu dengan melakukan langkah-langkah, sebagai berikut:
1. Menyiagakan mesin pompa air yang dimiliki Pemerintah;
2. Melakukan koordinasi dengan pihak Bank bagi petani yang memiliki kredit untuk usaha tembakau agar dapat memperoleh keringanan angsuran;
3. Memberikan penjelasan terhadap kondisi cuaca yang terjadi, dan
4. Memberi penjelasan akan disalurkan Bantuan Sosial (Bansos) DBHCHT untuk meringankan beban petani.
Lebih lanjut Sahri menyampaikan, berdasarkan laporan Tim Kabupaten dan Kecamatan yang langsung ke lokasi, bahwa luas lahan terdampak cukup luas terutama di 3 Kecamatan yakni Jerowaru, Keruak, dan Suela.
Untuk 5 Kecamatan seperti Kecamatan Sakra, Sikur, Selong, Sakra Barat, dan Wanasaba hanya sedikit yang terdampak. Sedangkan 10 Kecamatan lainnya sampai saat ini masih dalam kondisi aman.
Berikut nama kecamatan dan total luas tanam serta luas lahan terdampak, sebagai berikut:
1. Kecamatan Jerowaru, dengan luas tanam 4.543,21 Hektar, luas terdampak 3.788,03 Hektar.
2. Kecamatan Suela, dengan luas tanam 4.326,67 Hektar, luas terdampak 336,40 Hektar.
3. Kecamatan Keruak, dengan luas tanam 1.790,41 Hektar, luas terdampak 100 Hektar.
4. Kecamatan Sakra, dengan luas tanam 1.205 Hektar, luas terdampak 0,30 Hektar.
5. Kecamatan Sikur, dengan luas tanam 408 Hektar, luas terdampak 10,30 Hektar.
6. Kecamatan Selong, dengan luas tanam 560 Hektar, luas terdampak 0,30 Hektar.
7. Kecamatan Sakra Barat, dengan luas tanam 1.655 Hektar, luas terdampak 5 Hektar.
8. Kecamatan Wanasaba, dengan luas tanam tidak terkonfirmasi di tabel data, luas terdampak 4,90 Hektar. Total keseluruhan luas lahan terdampak adalah 4.245,23 Hektar
(PL/anas)