LOTIM – PorosLombok.com | Pada era saat ini perubahan iklim menjadi momok yang menakutkan bagi penduduk di seluruh dunia. Sebab, hal itu menyebabkan frekuensi bencana alam mengalami kenaikan yang sangat drastis secara global dan berdampak signifikan terhadap keselamatan manusia.
Sebagaimana diketahui, dalam satu pekan terakhir Lombok Timur diguyur hujan dengan intensitas yang cukup tinggi, padahal seharusnya saat ini sudah memasuki musim kemarau. Hal itu memunculkan tanda tanya pada masyarakat.
Menjawab hal itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lombok Timur Lalu Mulyadi, angkat bicara. Dikatakannya, fenomena yang terjadi saat ini merupakan gejala el nino, yang mengakibatkan terjadinya perubahan iklim.
“El nino ini merupakan fenomena terjadinya hujan sebelum memasuki musim kemarau panjang,” kata Lalu Mulyadi di Selong, Selasa (11/7/23).
Sejauh ini, tutur dia, pihaknya belum menerima laporan akan adanya bencana alam sebagai dampak turunnya hujan yang mengguyur Lombok Timur, baik berupa banjir maupun tanah longsor.
Namun begitu, kata dia, guyuran hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi pekan lalu telah berdampak terhadap lahan pertanian, dimana air hujan menggenangi tanaman tembakau petani.
Karena itu, hari ini pihaknya akan memberikan laporan kepada BPBD Provinsi dengan melampirkan data dari Dinas Pertanian Lombok Timur, untuk nantinya disampaikan ke BNPB.
“Jadi, kita dari BPBD juga ikut mengatensi persoalan ini. Seperti apa tindak lanjut yang akan kita lakukan terhadap fenomena ini, ya kita tunggu saja seperti apa arahan dari BNPB,” katanya.
Selain itu, BPBD Lombok Timur saat ini tengah fokus bersiaga untuk menghadapi bencana kekeringan sebelum puncak musim kemarau yang diprediksi akan terjadi pada bulan Agustus-Oktober, nanti.
Dia menyebut, terdapat 13 kecamatan di Lombok Timur yang berpotensi mengalami bencana kekeringan. Namun terdapat dua kecamatan yang memiliki frekuensi kekeringan cukup tinggi, yakni Jerowaru dan Keruak.
“Untuk saat ini Alhamdulillah belum ada permohonan bantuan air bersih dari bawah. Itu artinya kita masih tahap siaga, nanti kalo sudah ada permohonan bantuan baru kita naikkan ke level tanggap darurat,” jelasnya.
Adapun kegiatan lain yang sedang dalam proses pengajuan adalah rehab rekonstruksi untuk beberapa jembatan yang terdampak banjir pada tahun 2022 lalu, dan beberapa sekolah yang terdampak gempa pada 2018 silam.
“Saat ini tahapannya kita sedang menunggu jadwal verifikasi dari pusat. Usulan kita untuk jembatan dan sekolah sudah masuk di BPBD Provinsi. Secara teknis sudah tidak ada permasalahan,” paparnya.
“Nah mudah-mudahan dalam waktu yang tidak terlalu lama bisa dilakukan verifikasi. Sehingga pengerjaan seperti di SDN 1 Dames dan SDN 1 Kumbang bisa kita segerakan,” demikian Lalu Mulyadi.
(PL/anas)