Lotim, POROSLOMBOK – lembaga Raudlatul Abror yang berada di Dusun Dasan Tinggi Desa Gelora Kecamatan Sikur kabupaten Lombok timur mempunyai history yang begitu mengagumkan, yang dimana rumah darurat gempa di sulap menjadi gedung tempat para santri menimba ilmu agama.
Lembaga ini didirikan oleh Ustadz Suhaeli, S.Pd.i yang ia hajatkan untuk para anak – anak sekitar lingkungannya, yang waktu itu boleh di bilang sangat sulit menjangkau Taman baca Alqur’an ( TPQ) hal itu membuatnya sangat perihatin.
Kepada poroslombok ia menceritakan bahwa awal lembaga ini adalah sebuah TPQ yang berdiri sekitar tahun 1999 didesa loyok namun karna sesuatu dan lain hal ia pindah rumah ke desa Gelora ( Desa Pemekaran dari Desa Loyok) ahirnya TPQ yang ia rintis ini ia lanjutkan di desa tersebut tentunya muridnya juga baru yang berasal dari masyarakat sekitar lingkungannya.
“Awalnya kita ajarkan mereka dulu di rumah pribadi lebih tepatnya di teras rumah namun alhamdulillah antusias warga sangat luar biasa memasukkan anak – anak nya disini” ucapnya
Dikatakannya beberapa tahun berjalan dan santri semakin bertambah, namun 2018 lombok di terpa Gempa yang mengakibatkan kehawatiran para orang tua santri karna tidak mungkin santri akan terus di liburkan hingga, muncullah ide nya bersama para orang tua santri untuk membangun rumah darurat tempat santri ini mengaji Al Qur’an.
“Awal nya sebuah berugak Kecil yang kita bangun menggunakan dana swadya dari masyarakat menjadi tempat sementara para santri mengaji yang terbuat dari bambu saat gempa waktu itu” tandasnya
Lebih lanjut Ustad Suhaeli menceritakan bahwa dirinya juga mengelola sebuah PAUD yang dirikan sekitar tahun 2006 ditempat yang sama juga yaitu Desa Loyok namun di tempat itu juga didirikan TK islam menurut peraturan tidak diperbolehkan 1 gedung 2 lembaga dengan jenjang yang sama.dan ahirnya PAUD ini di pindahkan ke Desa Gelora.
“Dan Alhamudulillah beridirilah Lembaga Raidatul Abror yang gedung berunya di bekas Rumah Pengungsian Gempa Lombok 2018” tuturnya
Tidak hanya sampai disitu sambung Ustadz Suhaeli di tahun 2018 ahir, ia juga mendirikan Sekolah Diniyah dan sampai sekarang muridnya berjumlah 65 orang.
“Tapi sejak covid-19 belum kita aktifkan sementara TPQ nya aj dulu, walaupun sumber pendapatanya masih mengandalkan iuran para santri sebesar 5000 per- bulan dan menggunakan dana pribadi Juga” akunya
Ia mengatakan banyak alumni TPQ yang sudah menjadi orang berhasil baik guru dan profesi yang lain hal ini membuat pihaknya bangga pada lembaga ini dengan modal keihlasan dan keyakinan begitu banyak prestasi yang di toreh oleh alumni – alumninya.
Ia berharap sentuhan tangan Para donatur yang perduli dengan dunia Pendidikan, karna pendidikan Agama adalah satu – satunya cara menangkal arus gelombang zaman yang begitu deras baik dari dalam maupun luar.
“Mudah – mudahan ada bantuan dari Pemerintah untuk membangun tempat yang layak untuk para santri karna kebetulan kita punya lahan yang masih kosong ” tutupnya (rl)