Lombok Timur, PorosLombok.com- Lombok Timur menyimpan beragam warisan budaya yang menarik, salah satunya adalah Masjid Kuno Raudlatul Muttaqin yang terletak di Desa Kotaraja.
Meskipun tampak modern dari luar dengan lantai keramik dan menara yang tinggi, di dalamnya terdapat masjid kuno yang tersembunyi.
Bangunan ini menjadi saksi sejarah yang panjang bagi masyarakat Sasak dan merupakan contoh perpaduan antara arsitektur tradisional dan modern. Oleh karena itu, Masjid Kuno Kotaraja telah diakui sebagai cagar budaya yang dilindungi di Indonesia.
Sejarah Masjid Kuno Raudlatul Muttaqin dimulai di Desa Loyok, Lombok Timur. Diperkirakan, masjid ini telah ada lebih dari 200 tahun sebelum dipindahkan ke Desa Kotaraja pada tahun 1100 Hijriah (1679 Masehi).
Proses pemindahan ini melibatkan tidak hanya bangunan masjid, tetapi juga perpindahan masyarakat Desa Loyok yang kemudian membangun komunitas baru di Kotaraja.
Menariknya, komponen utama masjid kuno, seperti empat tiang utama dari kayu nangka, beduk dari kayu renggasing, dan petaka atap dari tanah liat yang dibuat oleh seorang bangsawan Sasak, ikut dipindahkan. Tiang soko guru yang berukuran 30 x 30 cm dan panjang hingga tujuh meter ini masih berdiri kokoh hingga kini.
Masjid kuno ini telah mengalami berbagai perubahan selama berabad-abad. Atap yang awalnya terbuat dari ilalang diganti menjadi sirep bambu pada abad ke-18. Pada tahun 1890, atapnya kembali diganti dengan genteng yang diimpor dari Palembang.
Pengangkutan genteng ini dilakukan secara gotong royong menggunakan dokar dari Labuhan Haji, pelabuhan terdekat di Lombok Timur.
Genteng dari Palembang ini memiliki keistimewaan tersendiri; meski diinjak atau jatuh, genteng tersebut sulit pecah. Hingga kini, genteng asli tersebut masih terpasang di atap masjid kuno.
Renovasi besar terakhir berlangsung pada tahun 2004, di mana sekitar 75 persen bagian masjid diganti dengan teknik “fotokopi”. Bahan baru yang digunakan harus memiliki jenis, ukuran, dan pola yang sama persis dengan yang asli. Namun, komponen inti seperti tiang soko guru, mahkota masjid, pintu, dan genteng tetap dipertahankan.
Masjid Kuno Kotaraja juga dikelilingi oleh berbagai ornamen seni yang menarik perhatian. Pintu dan jendela masjid dihiasi dengan ukiran kaligrafi oleh Tuan Guru Haji Lalu Abdul Rahman. Selain itu, ada juga pintu kayu yang menggambarkan kupu-kupu, hasil karya pengrajin Tionghoa yang pernah tinggal di Desa Kotaraja.
Ruangan mimbar masjid terbagi menjadi dua: sebelah kiri untuk imam salat dan sebelah kanan untuk khatib salat Jumat. Ukiran kaligrafi pada mimbar menjadi simbol kedalaman spiritual yang diusung oleh masjid ini.
Wisata Sejarah yang Penuh Makna
Mengunjungi Masjid Kuno Kotaraja bukan hanya tentang menikmati arsitektur bersejarah, tetapi juga menjelajahi kisah-kisah yang ada di baliknya. Ada banyak cerita menarik dan mitos yang melingkupi masjid ini, mulai dari proses pembangunannya hingga keberadaan genteng Palembang yang terkenal.
Jika Anda berkesempatan mengunjungi masjid ini, jangan ragu untuk meminta marbot atau juru kunci masjid untuk bercerita. Mereka akan dengan senang hati berbagi pengetahuan mengenai sejarah panjang masjid ini.
Masjid Raudlatul Muttaqin di Desa Kotaraja adalah bukti nyata kekayaan warisan budaya Nusantara. Di balik kesederhanaannya, masjid ini menyimpan jejak sejarah yang panjang dan bermakna.
(Arul/PorosLombok)