POROSLOMBOK: Jika dilihat seklias dari luar, tidak ada kesan Kuno dari masjid Raudlatul Muttaqin di Desa Kotaraja ini. Anda juga tidak akan menemukan kesan kuno tersebut saat memasuki area masjid. Masjid dengan Lantai keramik, Menara, dan bentuk bangunan, seperti kebanyakan masjid pada umumnya.
Tapi, jika anda perhatikan lebih detail lagi, Anda akan melihat sesuatu yang ganjil dari bentuk ruangan masjid Raudhatul muttaqin ini. “Tidak ada mimbar” tempat imam dan khatib.
Terdapat sebuah ruangan lain didalam masjid yang besarnya sekitar 1/3 dari luas ruangan. Ruangan yang dibatasi tembok dengan Pintu dan Jendela yang terbuat dari kayu.
Ternyata, diruangan inilah tempat masjid kuno kotaraja yang sebenarnya.
“Masjid di dalam masjid” begitu kesan yang saya dapatkan. Masjid modern yang ada diluar, seperti membungkus masjid kuno yang ada di dalam.
Perlu diketahui, Masjid kuno kotaraja sudah masuk situs cagar budaya indonesia, sebagai warisan budaya di nusantara yang dilindungi.
Sejarah Masjid Kuno Raudhatul Muttaqin Kotaraja
Sebelum dibagun di desa Kotaraja, Masjid raudlatul Muttaqin dulunya berada di Desa loyok. Tapi karena beberapa alasan, akhirnya masyarakat sepakat untuk memindah bangunan masjid ke Desa Kotaraja.
Diperkirakan, bangunan masjid Raudhatul Muttaqin di Desa loyok sudah berumur 200 tahun. Kemudian dipindah ke kotaraja pada tahun 1100 H (1679 M). sehingga usia masjid sekitar 538 tahun, jika ditambahkan dengan usia masjid ketika berada di Loyok.
Pemindahan masjid juga disertai perpindahan jamaah masjidnya. Jadi selain bangunan masjidnya, masyarakat desa loyok juga ikut pindah, dan membangun desa di Kotaraja.
Bahan-bahan utama masjid yang dibawa dari desa loyok adalah.
- 4 buah tiang utama masjid dari kayu nangka, atau yang disebut soko guru. Balok kayu dengan ukuran 30×30 cm dengan panjang sekitar 6-7 m.
- 1 Buah beduk dari kayu “renggasing”. Konon beduk ini dijadikan tambur perang selama peperangan melawan kerjaan Bali pada waktu itu.
- 1 buah tutup tumpang (petaka) dari tanah liat yang di buat oleh seorang Dende (nama bangsawan wanita sasak jaman dahulu)
- Dankomponen bangunan masjid lainnya yang lebih banyak berupa balok kayu.
Bahan-bahan bangunan masjid raudlatul Muttaqin yang disebut diatas, masih ada dan terjaga sampai sekarang.
Raden Sute Negare, Raden Lung Negare dan raden Mas Oda’ merupakan tokoh-tokoh yang berperan penting dalam pemindahan dan pembangunan masjid di Kotaraja.
Selanjutnya, Raden Mas Oda’ dipercaya sebagai imam masjid, dan sebagai tokoh yang mengurus masalah keagamaan dimasyarakat Kotaraja pada waktu itu.
Tembok masjid pada waktu itu dibuat dari bata mentah (Cetakan Bata dari tanah liat yang belum dibakar), dan menggunakan atap ilalang. Sekitar tahun 1700-an Masehi, atap dari alang-alang tersebut diganti menggunakan sirep bambu.
Pada tahun 1890, Atap masjid kembali diganti dengan genteng yang didatangkan dari Pulembang (Sebutan orang lombok jaman dulu untuk Palembang Sumatera selatan).
Jadi genteng ini diangkut secara gotong royong dari Labuhan haji (Pelabuhan laut di Lombok timur waktu dulu) yang berjarak sekitar 24 Km dari Kotaraja menggunakan “dokar” (gerobak yang ditarik kuda) dan dengan cara “belembah”.
Genteng dari Palembang ini masih digunakan sampai sekarang. Cerita masyarakat sekitar, walaupun genteng diinjak ketika menaiki atap masjid, dan dijatuhkan, tapi genteng Palembang ini tidak pecah dan tetap kuat.
Tahun 1990, pernah terjadi gempa yang mengakibatkan salah satu palang balok patah, sehingga masyarakat mengganti kayu balok tersebut. Pada gambar diatas terdapat tulisan Oktober 1990, merupakan tahun palang kayu tersebut diganti.
Terkahir kali dipugar pada tahun 2004. Total bagian masjid kuno diganti adalah sekitar 75%. Tiang soko guru, genteng, mahkota masjid, pintu dan beberapa balok kayu masih dipertahankan.
Teknis penggantian menggunanakan teknik photo copy, dimana kayu yang diganti harus menggunakan jenis kayu yang sama, dengan ukuran, corak dan warna yang juga disamakan.
Kaligrafi Di Dalam Masjid Kuno Kotaraja
Ruangan mimbar masjid dibagi dua, sebelah kiri, tempat imam shalat, dan sebelah kanan ruangan khatib shalat jum’at. Terdapat ukiran kaligrafi unik yang menghiasi dinding mimbar masjid kuno kotaraja.
Kaligrafi ini dibuat oleh Tuan Guru Haji Lalu Abdul rahman. Kaligrafi juga terdapat di atas daun pintu dan jendela masjid.
Pintu masjid kuno kotaraja yang dibuat oleh masyarakat Tionghoa yang dulu ada di Desa kotaraja. Pintu kayu dengan gambar kupu-kupu ini masih terlihat kuat meskipun sudah berumur ratusan tahun.
Masih banyak cerita yang unik dari Masjid di Desa Kotaraja lombok timur ini, yang tidak kami sertakan dalam tulisan ini. Jika anda berkunjung, pastikan anda ditemani sama marabot (juru kunci) masjid, beliau dengan senang hati bercerita panjang lebar dengan sejarah Masjid kuno kotaraja, dan berbagai macam kisah dan mitos yang menyertainya.
Sumber :https://sasambotour.com/masjid-kuno-kotaraja/