Lombok Timur, PorosLombok.com –Tersembunyi di balik rerimbunan pohon dan ladang warga di Dusun Loyok Timur, Desa Loyok, Kecamatan Sikur, Lombok Timur, berdiri sebuah kolam sederhana yang tak disangka menyimpan harapan besar bagi generasi kecil desa.
Namanya Kolam Mantike—sebuah ruang rekreasi yang lahir dari spontanitas, lalu tumbuh menjadi wahana edukasi yang menginspirasi.
Tak ada baliho besar atau tiket elektronik. Kolam ini menyambut pengunjungnya dengan keramahan alam dan kesederhanaan suasana pedesaan.
Tapi justru dari situlah pesona Kolam Mantike muncul: menjadi tempat bermain yang menyatu dengan alam, sekaligus ruang belajar bagi anak-anak mengenal lingkungan hidup.
Lalu M. Takdir, S.Pd., seorang guru sekaligus warga setempat, tak pernah menyangka kolam ikan miliknya akan menjelma seperti sekarang.
Tahun 2020, ketika pandemi memaksa orang berdiam di rumah, ia mulai menggali tanah dan membuat kolam untuk keluarganya. Sekadar pelepas lelah, bukan proyek wisata.
“Ya kita cuma iseng-iseng bikin kolam ini, namun setelah dilihat bagus juga kalau dibuat sebagai tempat wisata sekaligus tempat pembelajaran anak-anak,” kisah Lalu Takdir saat ditemui PorosLombok, Sabtu (20/04).
Lalu Takdir melihat celah. Anak-anak di kampungnya butuh ruang gerak, tempat bermain yang sehat, dan pengalaman belajar yang tidak hanya dari buku.Maka, ia ubah kolam ikan itu menjadi kolam renang sederhana. Dikelilingi pepohonan dan aneka tanaman, suasana belajar menjadi lebih alami dan menyenangkan.
Kini, setiap akhir pekan, suara tawa dan cipratan air menghiasi Kolam Mantike. Anak-anak TK datang bersama guru mereka. Mereka tidak hanya berenang, tapi juga mengenal nama-nama tumbuhan yang tumbuh di sekitar kolam. Di sinilah, alam menjadi buku terbuka, dan pengalaman menjadi guru sejati.
Yang menarik, Kolam Mantike tidak dibangun dengan dana besar atau desain profesional. Semuanya autodidak. Namun, semangat dan kepekaan sosial Takdir-lah yang membuatnya hidup. Tiket masuknya pun sangat ramah: hanya Rp3.000 per orang. Murah, tapi bermakna.
Belajar di Tengah Percikan Air
“Bagi saya, pendidikan harus bisa dirasakan semua anak, tanpa memandang latar belakang. Kolam ini adalah cara kecil saya menjawab itu,” ujar Lalu Takdir.
Selain menjadi tempat bermain, kolam ini juga menjadi lokasi outbond favorit. Anak-anak diajak menyusuri kebun kecil, menyentuh daun, mencium bunga, dan menyebutkan nama-nama tumbuhan yang mungkin tak mereka temukan di layar gawai. Semua dilakukan dengan pendekatan yang menyenangkan.
Ruang belajar seperti ini mulai langka. Di tengah derasnya arus digitalisasi dan keterbatasan ruang terbuka di perkotaan, Kolam Mantike menawarkan keseimbangan: teknologi tak diabaikan, tapi alam tetap dijadikan sahabat.
Lalu Takdir pun tak berhenti di sini. Ia tengah merancang pembangunan aula pertemuan dan homestay di sekitar kolam. Ini bukan ambisi pribadi, melainkan bagian dari mimpinya agar Kolam Mantike bisa menjadi penyangga pariwisata lokal, apalagi menyambut perhelatan MotoGP di Mandalika.
“Kolam Mantike ini ke depannya akan dibangun sebuah aula pertemuan dan homestay. Hal ini dilakukan untuk persiapan menyambut MotoGP,” ujarnya penuh semangat.
Namun, ia sadar, usaha mandiri seperti ini butuh sokongan. Ia berharap pemerintah desa maupun kabupaten bisa melirik potensi kecil ini. Bukan hanya dana, tapi juga promosi dan pembinaan. Sebab, menurutnya, wisata desa adalah kekuatan tersembunyi Lombok Timur.
“Kita sih minta ada dukungan dari pemerintah, lebih-lebih pemerintah desa, minimal promosi dan sebagainya,” ujarnya dengan nada penuh harap.
Di masa pandemi, ketika banyak anak kehilangan ruang bermain dan belajar secara alami, Kolam Mantike justru hadir memberi warna. Ia tak hanya mengisi kekosongan, tapi juga menumbuhkan pengalaman yang kelak akan membentuk cara pandang anak-anak terhadap alam.
Dari kolam sederhana yang lahir tanpa rencana, Kolam Mantike kini menjadi bukti bahwa rekreasi dan edukasi bisa berjalan berdampingan. Di tangan seorang guru kampung, dari dusun yang sunyi, lahir gagasan besar: rekreasi anak untuk masa depan yang lebih baik.
(arul/PorosLombok)