Lombok Timur, PorosLombok.com – Pemerintah dan masyarakat Lombok Timur dinilai perlu segera membangun ruang khusus untuk melestarikan adat, seni, dan budaya. Ruang ini diharapkan mampu menjadi pusat edukasi budaya sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan.
Hal ini diungkapkan pemerhati budaya dan pelaku pariwisata Lombok, Sareh Erwin, Rabu (22/1). Menurutnya, keberadaan ruang seperti ini akan menjawab kebutuhan wisatawan sekaligus memperkuat jati diri masyarakat lokal.
“Tidak ada pemerintah yang tidak ingin rakyatnya sejahtera. Ruang ini penting agar masyarakat tetap bisa memelihara adat dan sopan santun yang akan berdampak pada perekonomian,” kata Erwin.
Pemilik Aranxa Tempasan, Pringgasela, Lombok Timur itu mengaku sering bingung saat wisatawan mancanegara yang dipandunya ingin mengetahui lebih banyak soal adat dan budaya lokal. “Tamu sering bertanya, tapi kita tidak punya tempat yang representatif untuk menjelaskan itu,” ujarnya.
Pentingnya Edukasi untuk Generasi Muda
Erwin menilai, gedung tersebut nantinya juga dapat menjadi ruang edukasi untuk masyarakat, khususnya generasi muda. Ia menyoroti masih banyaknya anak-anak yang tidak paham adat dan budaya Sasak.
“Banyak anak sekolah tidak tahu cara bersikap sopan, seperti membungkuk saat lewat di depan orang tua,” kata Erwin yang juga menjabat sebagai pengurus Masyarakat Adat Sasak (MAS).
Menurutnya, pelajaran muatan lokal yang diajarkan di sekolah belum sepenuhnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. “Anak-anak harus tahu asal-usul budaya mereka, cara berkomunikasi yang sopan, dan tata krama lainnya,” ucapnya.
Konsep Museum Hidup untuk Wisata dan UMKM
Erwin menyebut, konsep seperti “Rumahku Museumku” atau “Kampungku Museumku” bisa menjadi solusi. Gedung tersebut dapat menjadi museum hidup yang tidak hanya memamerkan koleksi, tetapi juga memberikan edukasi langsung kepada pengunjung.
“Wisatawan tidak hanya ingin melihat, tetapi juga ingin tahu apa yang bisa mereka lakukan dan beli di tempat itu,” jelasnya.
Ia mencontohkan Pringgasela, di mana aktivitas produksi tenun tradisional telah membuka peluang ekonomi bagi masyarakat lokal. “Mulai dari pemintalan benang hingga pembuatan souvenir, semuanya bisa jadi daya tarik wisata dan mendukung UMKM,” katanya.
Erwin juga mendukung rencana Bupati Terpilih H. Haerul Warisin untuk mengubah Gedung Wanita Selong menjadi fasilitas MICE (Meeting, Incentive, Conference, and Exhibition).
“Kalau bisa pameran diadakan setiap hari, UMKM di daerah akan lebih hidup,” katanya.
Menurutnya, pembangunan ruang ini bisa dimulai dengan memanfaatkan Dana Desa yang dimiliki setiap desa. “Anggaran bukan masalah besar. Yang penting ada kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat,” tegasnya.
Erwin optimistis, keberadaan ruang khusus ini akan meningkatkan daya tarik pariwisata Lombok sekaligus menjaga kelestarian budaya lokal. “Ini bukan hanya soal membangun gedung, tapi juga menciptakan dampak positif bagi masyarakat sekitar,” pungkasnya.
Redaksi | PorosLombok